Casemiro (twitter.com/Casemiro)
Carlos Henrique Jose Francisco Venancio Casimiro, begitulah nama lengkapnya, lahir dan besar di Sao Jose Dos Campos, sebuah kawasan industri kelas pekerja yang memiliki perekonomian rendah di Brasil. Casemiro sudah harus menjalani hidup serba kekurangan saat masih belia.
Masalah demi masalah terus menimpanya. Namun, tak ada yang lebih pahit daripada ditinggal pergi sang ayah. Di saat Casemiro berusia lima tahun, orangtuanya terlibat konflik dan sang ayah memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka.
Hari-hari yang dilalui Casemiro saat masih anak-anak terasa sulit. Finansial keluarganya tak dapat mencukupi kebutuhan hidup beserta tempat tinggal yang kurang memadai.
“Keluargaku tidak memiliki rumah tetap untuk ditinggali. Kami hanya tinggal di rumah bibiku. Kami hanya punya satu kamar dan kamar mandi. Aku juga tidak pernah memiliki mainan seperti anak-anak lain," kenang Casemiro seperti dikutip dari Tribuna.
Dengan semua kesulitan yang ia hadapi, Casemiro bertekad untuk mampu sukses dan membanggakan keluarganya. Ia melampiaskan semuanya dengan bermain sepak bola. Casemiro yakin bisa jadi pesepak bola mapan. Namun, ia sempat ragu dengan kondisinya saat itu.
"Ketika aku berusia enam tahun, aku hanya bermain sepak bola di sekolah. Aku bermimpi menjadi pemain sepak bola saat menonton pertandingan di TV, tetapi aku tidak yakin. Mungkin masuk ke tim utama Sao Paulo atau liga asing, tetapi tidak lebih," sambung Casemiro.