Setelah promosi terakhirnya tersebut (1937/1938), Manchester United mampu bertahan cukup lama di First Division. Bahkan, setelah Perang Dunia II selesai dan kompetisi kembali digelar pada 1946 setelah dihentikan pada 1939, MU merasakan salah satu periode tersukses. Mereka mampu meraih lima gelar juara First Division pada 1952, 1956, 1957, 1965, dan 1967.
Kemudian, ada pula dua trofi Piala FA yang didapat pada 1948 dan 1963. Namun, prestasi paling prestisius pada periode tersebut adalah gelar juara European Cup, pendahulu Liga Champions Eropa, pada 1968. Ini jadi kali pertama MU mengangkat trofi tertinggi antarklub Eropa yang mulai digelar pada 1955 itu.
Ironisnya, 6 tahun setelah kejayaan itu, MU secara mengejutkan mengalami degradasi. Mereka harus menerima kenyataan kembali ke Second Division. Ini terjadi usai berakhir di peringkat ke-21 di First Division 1973/1974.
Ada banyak faktor di balik kemerosotan ini. Dari sisi pelatih, MU belum bisa menemukan sosok yang tepat untuk menggantikan Sir Matt Busby. Pria asal Skotlandia tersebut memang aktor utama dari kesuksesan MU di atas. Ia mulai melatih mereka pada 1945 dan berhenti pada 1969.
Setelah Busby, tercatat ada empat pelatih yang diharapkan bisa kembali menghadirkan kesuksesan. Namun, semuanya selalu gagal. Mereka adalah Jimmy Murphy, Wilf McGuinness, Frank O'Farrell, hingga Tommy Docherty. Nama terakhir merupakan pelatih yang menukangi MU ketika terdegradasi pada 1973/1974.
Dari sisi pemain, MU juga ditinggal tiga penggawa paling penting. Mereka adalah Denis Law, George Best, dan Bobby Charlton. Ketiganya bahkan mendapat julukan The Trinity.
Charlton dan Best memilih pensiun dari MU sebelum musim 1973/1974 dimulai. Sementara, Law memiliki kisah yang lebih rumit. Ia ditendang dari klub. Jelang musim dimulai, Law belum kunjung sembuh dari cedera lutut. Docherty pun melepasnya secara gratis. Padahal, ia sempat berjanji akan mempertahankan Law demi bisa memenuhi keinginannya untuk pensiun di MU.
Law bisa saja pensiun pada saat itu. Namun, ada alasan mengapa ia masih ingin bertahan di MU setidaknya 1 tahun lagi. Law ingin membela Skotlandia di Piala Dunia 1974. Akhirnya, Law tetap bermain. Namun, tempat yang ia pilih untuk melanjutkan kariernya cukup mengejutkan. Ia menyeberang ke tim rival, Manchester City. Sebelumnya, Law memang pernah membela Manchester City pada 1960 hingga 1961.
Ironis bagi MU, Law justru menjadi sosok yang hampir saja memastikan terdegradasinya mereka pada 1973/1974. Semuanya bermula ketika kedua tim bertemu pada pekan ke-41. Law mencetal gol tunggal yang membuat Manchester City menang. Ia membobol gawang mantan timnya itu dengan aksi memukau lewat sebuah tendangan backheel.
Pada saat yang sama, Birmingham City meraih kemenangan atas Norwich City. Saat itu, Birmingham City merupakan sesama pesaing di zona degradasi. Begitu pun Norwich City yang merupakan juru kunci.
Hasil inilah yang memastikan MU terdegradasi. Bukan gol kemenangan Law untuk Manchester City. Bahkan, meski mampu menang atas Manchester City, MU akan tetap terdegradasi. Law pun terbebas dari rasa bersalah yang bisa menghantui sepanjang hidupnya.
Setelah degradasi pada 1973/1974, MU hanya bermain di Second Division selama 1 musim. Mereka menjadi juara kompetisi kasta kedua itu pada 1974/1975. Oleh karena itu, MU berhak atas tiket promosi. Sejak saat itu, mereka tidak pernah lagi merasakan degradasi.
Mimpi buruk tersebut bisa kembali datang pada akhir musim 2024/2025. Pelatih MU saat ini, Ruben Amorim, bahkan sudah mengakui kemungkinan timnya terdegradasi memang ada. Namun, sosok asal Portugal itu jelas tidak akan berhenti berjuang. Ia tidak ingin masuk daftar hitam yang hanya merusak reputasi yang sudah dibangunnya.