Lebih lanjut, Perez menjabarkan alasan lain di balik pembentukan European Super League ini. Salah satunya, karena kondisi klub-klub Eropa yang goyah pasca terhantam pandemik COVID-19. Meski kompetisi di Eropa sudah berlanjut kembali, efek dari pandemik itu masih terasa.
"Kami, para Founding Clubs European Super League, kehilangan pendapatan dengan total 5 miliar euro (sekitar Rp87,42 triliun). Real Madrid sendiri kehilangan pendapatan dengan total 400 juta euro (sekitar Rp6,9 triliun)," ujar Perez.
"Klub-klub besar di Spanyol, Italia, dan Inggris harus segera menemukan solusi untuk mengatasi masalah finansial ini. Salah satunya, memainkan laga yang lebih atraktif sehingga pendapatan dari hak siar lebih besar," lanjutnya.
Ucapan Perez memang terkesan ingin menyelamatkan klub. Namun, bagaimana bisa, kalau European Super League cuma melibatkan 20 klub. Tentu, hanya klub-klub tertentu saja yang bisa ikut ke kompetisi eksklusif ini.
Terlebih, sudah ada stigma di mana pertandingan klub raksasa kontra kecil tak berarti lagi dari segi bisnis karena kurang menarik di mata penonton.