Pelatih Pedro Leitao Brito, atau akrab disapa Bubista, menjadi sosok sentral di balik kebangkitan ini. Ia memimpin tim sejak 2020 dan dikenal karena ketenangan serta pendekatannya yang humanis. Bubista menolak pandangan Cape Verde sebagai tim kecil. Baginya, mereka hanyalah tim yang perlu percaya diri untuk bermimpi lebih besar.
Gaya bermain timnya mencerminkan karakter pelatihnya yang mengutamakan disiplin, efisien, dan berani. Cape Verde mencatat 7 clean sheet dari 10 laga kualifikasi, salah satu catatan terbaik bagi semua tim nasional Afrika. Mereka mengandalkan pertahanan rapat, gelandang teknis, serta transisi cepat dari sayap yang diisi pemain-pemain seperti Willy Semedo dan Ryan Mendes. Kedisiplinan ini membawa mereka unggul dari tim-tim besar, seperti Kamerun dan Nigeria, yang masih penuh ketidakpastian untuk lolos ke Piala Dunia 2026.
Filosofi Bubista berpadu dengan nilai budaya Cape Verde yang disebut morabeza. Dalam bahasa setempat, kata ini berarti 'santai', cara hidup yang menggambarkan kehangatan, keramahan, dan ketenangan dalam menghadapi kesulitan. Bagi pemain-pemain seperti Roberto Lopes, filosofi itu menjadi bahan bakar emosional di tiap laga untuk tetap tenang dan tangguh di tengah badai.
Nilai morabeza membuat Cape Verde tampil tanpa beban pada momen-momen krusial. Dalam sepak bola, mereka bukan hanya tim kuda hitam, melainkan juga simbol dari ketekunan dan kesabaran yang berbuah manis. Alih-alih mengganti staf kepelatihan pada pertengahan kompetisi, mereka memilih percaya kepada proses dengan membangun filosofi dan chemistry sekaligus memahami arti berjuang bersama. Kini, mereka membawa harapan baru ke Piala Dunia 2026 yang menginspirasi negara-negara kecil hingga bangsa besar yang belum pernah lolos ke Piala Dunia.
Pencapaian Cape Verde bukan sekadar statistik di papan skor, melainkan cermin dari keteguhan dan impian sebuah bangsa kecil di lautan Atlantik. Dari rumput sederhana di Praia hingga tampil di bawah gemerlap stadion Amerika Serikat, perjalanan Blue Sharks menjadi bukti jika sepak bola, seperti halnya kehidupan, membutuhkan keajaiban yang selalu berpihak kepada mereka yang berani bermimpi dan percaya dengan proses.