Luka Modric, Korban Perang yang Mendunia Melalui Sepak Bola

Kisah lolosnya Kroasia ke babak final Piala Dunia 2018 merupakan sebuah cerita heroik. Bagaimana tidak, mereka merupakan negara yang baru merdeka pada tahun 1991, namun dalam waktu 27 tahun sudah mampu mencetak prestasi lolos ke final.
Bahkan pada tahun 1998, yang merupakan keikutsertaan pertama kalinya di Piala Dunia, mereka berhasil menjadi juara ketiga. Pencapaian fenomenal Kroasia di Piala Dunia kali ini tak lepas dari peran sang kapten, yang juga berhasil membawa Real Madrid juara Liga Champions tiga tahun beruntun.
Namun tahukah kamu bahwa di balik semua kehebatan Luka Modric sebagai seorang pemain, tersimpan sebuah cerita menyeramkan tentang peperangan yang dialaminya.
1. Menjadi korban tragedi perang Balkan
Pada bulan Desember 1991, perang Balkan berkecamuk. Pada saat itu Modric baru berusia 6 tahun, saat tentara Serbia menyerbu kampung halamannya. Modric sendiri saat itu hidup bersama kakeknya karena orang tuanya sibuk untuk bekerja.
Sebuah tragedi dalam hidup Modric terjadi saat Kakeknya ditembak oleh pasukan Serbia di depan matanya sendiri. Eksekusi kakeknya tersebut menjadi salah satu bagian dari konflik Balkan yang terjadi pada tahun itu.
Hal itu pun menjadi awal dari beratnya jalan hidup yang Luka Modric alami di masa kecilnya. Dia kemudian melanjutkan kehidupannya di kamp pengungsian. Dalam beberapa interview, Modric mengutarakan bagaimana kehidupannya yang dihiasai oleh letusan senjata dan bom.
Bahkan dia dan adiknya harus berhati-hati saat harus berjalan keluarkarena takut terkenal jebakan.
Perang membuatku lebih kuat. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana penderitaan yang keluarga ku alami selama ini.