Secara taktik, Mohammed Kudus merupakan aset fleksibel yang dapat mengisi berbagai posisi di lini serang. Ia pernah dimainkan di posisi sayap kanan, kiri, gelandang serang, bahkan sebagai penyerang tengah dalam beberapa pertandingan di West Ham United. Meskipun peran favoritnya ada di sayap kanan, kemampuannya untuk masuk ke dalam kotak penalti dan mencetak gol membuatnya bisa diadaptasi ke berbagai formasi.
Pelatih Thomas Frank diyakini akan menggunakan formasi 4-3-3 atau 3-5-2 di Tottenham Hotspur, dan Kudus kemungkinan besar akan diplot sebagai winger kanan yang memotong ke dalam. Ia bisa memanfaatkan kaki kirinya yang dominan untuk menembak langsung ke gawang atau membuka ruang bagi pemain lain. Alternatifnya, ia juga bisa dimainkan sebagai playmaker, meski dalam posisi ini ia dituntut meningkatkan konsistensi dan pengambilan keputusan.
Tantangan bagi Kudus adalah menghadapi persaingan ketat dari pemain seperti Brennan Johnson dan Dejan Kulusevski. Johnson adalah top skor Spurs musim lalu dan menjadi pahlawan pada final Europa League 2024/2025, sementara Kulusevski unggul dalam penguasaan bola dan umpan kunci. Kudus harus menunjukkan kematangan dalam mempertahankan bola, meningkatkan variasi dalam serangan, serta menekan lawan dengan intensitas tinggi.
Namun, kualitas unik Kudus tetap tak tergantikan. Ia dikenal sebagai penggiring bola lincah, pergerakannya sulit diprediksi lawan, serta kekuatan fisik dan postur tubuh bagian bawah yang stabil membuatnya sulit untuk dijatuhkan. Dalam beberapa momen musim lalu, ia mampu melewati 2--3 bek sekaligus sebelum memberi umpan atau menciptakan peluang. Dengan atribut ini, Kudus berpotensi besar menjadi pembeda dalam pertandingan krusial yang membutuhkan momen magis.
Kedatangan Mohammed Kudus membuka lembaran baru bagi Tottenham Hotspur yang tengah membangun ulang identitasnya. Jika mampu menemukan kembali performa terbaiknya, Kudus bukan hanya pembelian cerdas, melainkan juga pilar utama dalam membangun masa depan Spurs yang lebih energik dalam menyerang.