Timnas U-20 lawan Thailand di Korea Selatan. (Dok. PSSI)
Yang pertama kita belum maksimal seleksi terutama di U-16 ke bawah. Kenapa? Karena Indonesia dari Sabang sampai Merauke luas sekali, lalu tidak ada turnamen reguler untuk anak-anak usia dini. Makanya, sekarang Liga TopSkor Nasional ini jadi ajang pencarian bakat.
Kami berharap Asprov PSSI di seluruh Indonesia ini menggulirkan turnamen U-12, U-15, dan U-17, agar punya stok pemain tadi. Makanya, Ketum PSSI mewajibkan Asprov punya kalender turnamen buat kelompok umur. Apakah masih terbuka? Masih, karena dalam waktu dekat kami akan talent scout potensi-potensi yang ada di Indonesia.
Bagaimana di U-19 dan U-20? Sama belum maksimal, karena yang tersaring masuk ke akademi dan klub, atau yang masuk ke klub belum semuanya bisa kami lihat. Indonesia ini negara besar. Sebetulnya kita bisa punya stok pemain Timnas untuk setiap kelompok umur itu minimum 100 pemain. Tentunya, kalau turnamennya reguler.
STY itu punya stok pemain 50 databasenya. Misal kalau Jordi Amat sudah di peak performance, sekarang turun, gantinya banyak. Elkan tidak bisa datang, tidak usah khawatir, karena stok dari U-23 juga ada. Jadi, diaspora maupun lokal itu nanti persaingannya akan sangat tinggi. Belum tentu diaspora akan langsung diambil. Kemampuan mereka akan dilihat dulu. Jika kemampuannya sama dengan lokal, akan tereliminasi dengan sendirinya.
Jadi, tidak usah khawatir dengan disapora. Namun, mudah-mudahan dengan adanya keturunan ini bisa meningkatkan standar seleksi untuk Timnas kita. Karena diaspora yang di luar ini memang didikannya beda dengan di Indonesia. Mereka diberikan pemahaman jadi atlet, pola hidup, latihan, walaupun di Indonesia ada yang lebih baik, tetapi di kita belum ada pendidikan untuk jadi atlet.
Jadi saling belajar antara keturunan dan Indonesia. Pemain lokal belajar bahasa Inggris bisa komunikasi, dari pemain keturunan belajar bahasa Indonesia agar mereka jadi WNI.