Memphis Depay (twitter.com/Memphis)
Beranjak usia 8 tahun, ibu Memphis memutuskan untuk menikah lagi. Mereka pindah ke rumah baru bersama sepuluh anak dari ayah tiri. Alih-alih bisa mendapatkan perlakuan yang baik, Memphis justru dianiaya saudara-saudaranya.
Melalui autobiografi yang ia tulis berjudul "Heart of a Lion", Memphis menceritakan pengalaman pahit tersebut. Ia dianiaya secara fisik, seperti berkelahi, diancam menggunakan pisau, hingga telinganya dijepit tang. Memphis juga kerap diejek dengan sebutan monyet.
Semua perlakuan yang ia terima berdampak buruk bagi Memphis. Sikapnya yang cenderung ceria berubah menjadi temperamental. Memphis kerap bertengkar dengan siswa lain di sekolahnya. Ia bahkan harus pindah sekolah dua kali.
Sikapnya mulai bisa terkendali dari waktu ke waktu. Memphis diasuh kakek dan neneknya serta mendapatkan lagi arti kebahagiaan di sana. Bersama mereka, kehidupan Memphis kembali berwarna. Ia juga mulai mengembangkan bakatnya di dunia sepak bola, profesi yang melambungkan namanya saat ini.