Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sepak pojok
ilustrasi sepak pojok (pixabay.com/jarmoluk)

Intinya sih...

  • Getafe memainkan taktik anti-football di bawah asuhan Jose Bordalas

  • Sejumlah statistik Getafe di LaLiga 2025/2026 membuktikan komentar Xavi Hernandez dan Inaki Williams

  • Namun, Getafe terbukti menunjukkan peningkatan bersama Jose Bordalas

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Getafe bercokol di posisi keenam di LaLiga Spanyol 2025/2026 per 1 November 2025. Klub asal Madrid tersebut mengoleksi 17 poin dari hasil 5 kemenangan, 2 keimbangan, dan 4 kekalahan. Ini merupakan pencapaian terbaik mereka sejak terbentuk pada 1946. Sebelumnya, tim berjuluk Azulones itu memang tidak pernah duduk di tempat yang lebih tinggi di kompetisi teratas setelah melewati sebelas pertandingan pertama.

Catatan tersebut pun memunculkan harapan. Angan-angan untuk bisa bermain di kompetisi Eropa kini terlihat sebagai sesuatu yang masuk akal. Namun, semuanya seketika menjadi meragukan jika mengingat gaya bermain yang diperagakan. Sebab, Getafe dikenal dengan taktik anti-football yang memang cenderung kurang memiliki daya tahan yang kekal. Mereka bahkan sampai memicu kontroversi lewat skema ini.

1. Getafe memainkan taktik anti-football di bawah asuhan Jose Bordalas

Getafe mulai mendapat label sebagai tim anti-football sejak dilatih Jose Bordalas pada 2016. Pria yang lahir di Spanyol pada 5 Maret 1964 ini membawa mereka promosi ke LaLiga pada musim debutnya. Bordalas memang sempat hengkang untuk menukangi Valencia pada 2021/2022. Namun, ia kembali ke Getafe pada April 2023 dan bertahan hingga sekarang.

Di bawah asuhan Bordalas, Getafe memang memainkan sepak bola yang direct dan menjulur "negatif". Komentar dari sejumlah tokoh di sepak bola Spanyol bisa menjadi bukti. Xavi Hernandez menyatakan bahwa orang normal tidak akan menyaksikan sepak bola seperti yang diperagakan Bordalas dan Getafe setelah ia dan Barcelona ditahan tanpa gol pada 13 Agustus 2023.

Sebulan berselang, Inaki Williams menyebut bahwa banyak orang di Spanyol memang tidak menyukai Bordalas dan Getafe akibat strategi mereka yang sering menghentikan pertandingan. Komentar ini keluar setelah Williams dan Athletic Club ditahan Getafe dengan skor 2-2. Saat itu, pertandingan berakhir dengan keributan dan Bordalas bahkan mendapat kartu merah.

2. Sejumlah statistik Getafe di LaLiga 2025/2026 membuktikan komentar Xavi Hernandez dan Inaki Williams

Komentar dari Xavi Hernandez dan Inaki Williams terkait taktik anti-football Getafe di bawah asuhan Jose Bordalas mungkin subjektif. Selain itu, pernyataan tersebut bisa saja sudah tidak relevan mengingat terjadi 2 musim silam. Namun, statistik Getafe di LaLiga 2025/2026 sejauh ini menunjukkan bahwa memang belum ada perubahan soal gaya bermain mereka. Menurut data dari FBRef per 1 November 2025, Getafe berada di posisi terbawah di antara tim-tim LaLiga dalam banyak statistik yang berkaitan dengan sepak bola positif. Sebaliknya, mereka memuncaki sejumlah catatan berkenaan dengan permainan negatif.

Bukti paling kentara tentu saja dari sisi penguasaan bola yang hanya 39,5 persen. Ketika memegangnya, Getafe pun lebih sering memilih untuk langsung melepaskan umpan panjang (berjarak 30 yards). Mereka berada di urutan teratas untuk statistik ini dengan 856 kali percobaan. Sebaliknya, Getafe merupakan tim yang paling jarang melakukan umpan pendek yang berjarak berjarak 5—15 yards (1.352). Secara keseluruhan, Getafe juga adalah tim yang paling sedikit melakukan percobaan umpan (3.626) dan membuat umpan sukses (2.421). Keengganan untuk memainkan bola itu setidaknya terlihat dari catatan expected goals yang hanya 8,4 dan merupakan yang terendah dibanding yang lain.

Sementara itu, ketika bertahan, sejumlah statistik mengafirmasi permainan negatif yang diperagakan Getafe. Mereka merupakan tim yang paling sering melakukan tackle (211) dan memenangkannya (137). Getafe juga menjadi tim yang paling banyak membuat pelanggaran (177). Hasilnya, mereka sudah mendapatkan 28 kartu kuning. Itu merupakan jumlah terbanyak kedua di bawah Sevilla dengan 33 kartu kuning. Sementara untuk kartu merah, Getafe sudah mengantongi 2 kartu merah dan hanya kalah dari Athletic Club, Real Mallorca, dan Real Oviedo yang sama-sama mengoleksi 3 kartu merah serta Girona yang memuncaki statistik ini dengan 5 kartu merah.

3. Namun, Getafe terbukti menunjukkan peningkatan bersama Jose Bordalas

Namun, terlepas dari semua catatan negatif di atas, Jose Bordalas sejauh ini terbukti berhasil menghadirkan progres bagi Getafe. Pada era pertamanya, ia berhasil membawa klub berakhir di posisi 5 di LaLiga 2018/2019 dan 8 di LaLiga 2017/2018 serta 2019/2020. Bordalas kemudian meninggalkan Getafe di peringkat 15 ketika hengkang pada akhir LaLiga 2020/2021.

Ketika kembali, ia mampu membuat mereka naik secara perlahan. Getafe berakhir di posisi 15 di LaLiga 2022/2023. Mereka lantas menanjak ke peringkat 12 pada 2023/2024. Setelah sempat turun ke posisi 13 pada 2024/2025, Bordalas dan Getafe menunujukkan hasil impresif dengan menduduki posisi 6 di LaLiga 2025/2026 per 1 November 2025.

Sebagai catatan, keberhasilan Bordalas membawa Getafe berakhir di posisi kelima di LaLiga 2018/2019 juga membuat mereka lolos ke Liga Europa 2019/2020. Ini prestasi yang cukup bersejarah. Sebab, sebelumnya, Getafe hanya pernah dua kali tampil di kompetsi Eropa, yaitu di Piala UEFA 2007/2008 dan Liga Europa 2010/2011.

Dalam satu kesempatan, Jose Bordalas pernah menyatakan bahwa dirinya pun sebetulnya ingin memainkan sepak bola yang lebih dominan. Namun, ia harus menyesuaikan dengan komposisi pemain yang dimilikinya. Sejauh ini, Bordalas berhasil mempersembahkan hasil yang positif bagi Getafe di tengah keterbatasan serta cibiran-cibran yang menyerang.

Getafe berada di posisi keenam di LaLiga Spanyol 2025/2026 per 1 November 2025. Namun, musim masih begitu panjang. Oleh karenanya, taktik anti-football mereka pun akan terus mendapatkan ujian. Bordalas tentu akan berjuang keras untuk membawa Getafe kembali lolos ke kompetisi Eropa. Dengan begitu, ia juga bisa sekaligus membungkam para kritikusnya. Mampukah ia melakukannya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team