Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi jersey Real Madrid
ilustrasi jersey Real Madrid (pexels.com/simonreza)

Intinya sih...

  • Endrick tak mendapat tempat di Real Madrid setelah cedera hamstring pada Mei 2025 dan pergantian pelatih ke Xabi Alonso.

  • Endrick dinilai tak cocok dengan taktik Alonso dan kalah saing di lini depan Real Madrid.

  • Opsi pinjaman jadi jalan keluar Endrick demi mendapat menit bermain, dengan klub seperti Olympique de Marseille, Juventus, Manchester United, dan West Ham United memantau situasinya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Endrick Felipe Moreira de Sousa datang ke Real Madrid dengan segala sorotan dan ekspektasi yang mengiringinya sebagai anak ajaib dari Brasil. Transfer senilai 70 juta euro (Rp1,35 triliun) dari Palmeiras diyakini sebagai investasi masa depan yang akan memperpanjang tradisi sukses Los Blancos terhadap talenta muda asal Negeri Samba. Namun, hampir 2 tahun sejak kedatangannya, jalan kariernya justru berbanding terbalik. Ia seolah-olah hilang ditelan Bumi tanpa 1 menit pun bermain pada 2025/2026.

Padahal, ia tampil menjanjikan pada musim debut dengan 37 laga dan 7 gol. Kini, ia malah terjebak dalam kemandekan yang telah berlangsung lebih dari 5 bulan. Ada berbagai faktor, mulai dari cedera, perubahan pelatih, hingga ketidaksesuaian taktik, yang menjadi bagian bagaimana talenta besar itu bisa redup di tengah gemerlapnya Santiago Bernabeu.

1. Ketidakpastian nasib Endrick justru muncul saat ia mewarisi nomor legendaris Real Madrid

Ketika Real Madrid resmi mendapatkan tanda tangan Endrick de Sousa dari Palmeiras pada Desember 2022, seluruh proyek itu tampak seperti langkah strategis jangka panjang. Ia datang dengan label sebagai penerus Vinicius Junior dan Rodrygo Goes, dua pemain Brasil yang sukses menembus sistem keras El Real. Biaya transfernya mencapai 70 juta euro, termasuk tambahan bonus, menjadi angka yang fantastis untuk pemain yang baru berusia 16 tahun saat itu.

Awalnya, semua berjalan sesuai rencana. Musim debutnya pada 2024/2025 berjalan meyakinkan dengan 7 gol dari 37 penampilan di semua kompetisi. Catatan itu bahkan melampaui musim debut Rodrygo dan Vinicius bersama Los Blancos. Namun, cedera hamstring yang ia alami pada laga melawan Sevilla pada Mei 2025 menjadi titik balik nasibnya. Cedera tersebut membuatnya absen di Piala Dunia Antarklub 2025, yang seharusnya menjadi panggung pembuktian.

Setelah pulih, datanglah perubahan besar. Pelatih Carlo Ancelotti yang semula menjadi pembimbingnya digantikan oleh Xabi Alonso, dan sejak itu Endrick tak lagi mendapat tempat. Ia sudah duduk di bangku cadangan dalam enam laga berturut-turut tanpa sekalipun turun ke lapangan. Ironisnya, hal ini terjadi saat klub memercayakan nomor punggung 9 kepadanya, nomor yang sebelumnya dipakai legenda seperti Alfredo Di Stefano dan Karim Benzema. Simbol kepercayaan itu berubah menjadi beban psikologis yang berat, terutama bagi pemain berusia 19 tahun yang tengah berjuang mencari jati diri.

2. Endrick dinilai tak cocok dengan taktik Alonso dan kalah saing di lini depan Real Madrid

Secara taktis, alasan utama hilangnya Endrick de Sousa dari skuad Real Madrid terletak pada sistem permainan Xabi Alonso. Sang pelatih mengutamakan skema dengan dua penyerang sayap kreatif dan satu penyerang tengah bertipe target man yang menuntut kekuatan fisik serta kemampuan menahan bola. Dalam konteks ini, Endrick yang lebih eksplosif dan gemar bergerak ke area sayap menjadi tak sesuai dengan kebutuhan tim.

Sebaliknya, Alonso menemukan sosok ideal itu dalam diri Gonzalo Garcia. Striker jebolan akademi ini tampil gemilang di Piala Dunia Antarklub dengan mencetak empat gol dan meraih Golden Boot ketika Kylian Mbappe absen karena sakit. Performanya membuat Alonso menjadikannya pelapis utama Mbappe dan menyingkirkan Endrick dari hierarki penyerang. Bahkan, Los Blancos memperpanjang kontrak Garcia hingga 2030 karena yakin terhadap kontribusinya.

Selain faktor individu, padatnya lini serang juga mempersempit peluang Endrick. Mbappe menjadi pilihan utama di depan, sementara Vinicius Junior, Rodrygo Goes, Arda Guler, dan Franco Mastantuono bersaing di belakangnya. Alonso sendiri sudah menegaskan jika waktu bermain bagi Endrick akan tiba, tetapi fakta menunjukkan sebaliknya. Dalam enam laga berturut-turut, Endrick hanya menjadi penonton. Sulit membayangkan ruang bagi seorang pemain muda untuk berkembang tanpa menit bermain yang berarti.

Lebih jauh, kasus Endrick lagi-lagi menggambarkan dilema klasik Real Madrid. Ambisi jangka pendek meraih trofi kejuaraan sering kali mengorbankan proses perkembangan pemain muda. Klub menuntut hasil instan, dan pelatih pun memilih nama-nama mumpuni yang bisa langsung memberikan kontribusi. Dalam kerangka itu, bakat Endrick bukan lagi dipertanyakan, melainkan tertunda oleh sistem yang terlalu kompetitif bagi seorang pemain muda.

3. Opsi pinjaman jadi jalan keluar Endrick demi mendapat menit bermain

Ketegangan di balik layar mulai meningkat. Dalam laga melawan Getafe pada jornada kesembilan LaLiga Spanyol 2025/2026, Endrick de Sousa sempat melampiaskan frustrasinya dengan menendang botol setelah sadar tak akan dimainkan. Sumber internal Real Madrid mengungkap, Endrick kini mulai mempertimbangkan opsi hengkang sementara demi mendapatkan menit bermain.

Rencana itu bertepatan dengan mendekatnya bursa transfer Januari 2026. Menurut The Athletic, Endrick dan agennya, Thiago Freitas, dikabarkan tengah meninjau ulang masa depannya dengan kemungkinan peminjaman ke klub lain. Tujuannya jelas, untuk menjaga peluang tampil di Piala Dunia 2026 bersama Brasil. Sejauh ini, ia sudah absen dari tiga pemanggilan terakhir tim nasional sejak Maret 2025, dan Carlo Ancelotti yang kini menukangi Brasil, tak akan memanggil pemain tanpa menit bermain.

Sejumlah klub besar mulai memantau situasinya. Olympique de Marseille dan Juventus disebut paling serius, dengan opsi pinjaman 6 bulan. Dari Inggris, Manchester United dan West Ham United juga masuk daftar peminat, terutama karena mereka membutuhkan tambahan daya gedor di lini depan. Real Madrid sendiri bersikeras tak akan menjual Endrick secara permanen. Mereka masih percaya, sang pemain masih memiliki masa depan, hanya butuh tempat untuk berkembang dan bermain lebih reguler.

Namun, situasi tersebut tetap tak menguntungkan bagi Endrick sendiri. Jika ia memilih bertahan, maka ia harus bersabar di tengah ketatnya kompetisi dan sistem yang tidak berpihak kepadanya. Jika ia memilih pergi sementara, maka itu bisa menjadi peluang untuk menemukan kembali kepercayaan diri dan ritme permainan. Akan tetapi, waktu terus berjalan, dan kompetisi Eropa bukanlah tempat yang ramah bagi talenta muda Amerika Selatan karena terlalu lama menunggu kesempatan yang tak kunjung datang.

Kisah Endrick di Real Madrid adalah potret kontras antara ekspektasi dan realitas di klub sebesar Los Blancos. Pada usia 19 tahun, ia harus menentukan nasib kariernya dengan tetap berjuang di Madrid atau mencari jalan baru demi menyelamatkan masa depannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team