Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mural di Liverpool (pexels.com/Gábor Balázs)

Trent Alexander-Arnold mengumumkan tidak akan memperpanjang kontraknya yang habis bersama Liverpool pada musim panas 2025. Pihak Liverpool juga telah mengonfirmasi perihal tersebut. Ia akan meninggalkan klub setelah berada di Liverpool selama 20 tahun. 

Keputusan ini tentu bukan hal yang mengejutkan bagi publik sepak bola. Berita kepergiaannya ke Real Madrid sudah menjadi pembicaraan dalam setahun terakhir. Namun, bagi para pendukung Liverpool, kepergian Alexander-Arnold ini menimbulkan kekecewaan.

Pada pengumuman kepergiannya tersebut, Alexander-Arnold justru banjir hujatan dari para pendukung Liverpool. Meski sudah memberikan kontribusi nyata bersama Liverpool, kekecewaan tersebut tetap tidak terelakkan. Lalu, mengapa hal itu bisa terjadi?

1. Pergi dari Liverpool secara gratis pada usia emasnya

Trent Alexander-Arnold tidak dimungkiri merupakan salah satu pemain terbaik pada era kebangkitan LIverpool. Namun, kepergiannya secara gratis pada usia emasnya menjadi alasan di balik kekecewaan para pendukung Liverpool. Ini tidak terlepas dari statusnya sebagai Scouser di dalam tim. Scouser sendiri merujuk pada arti penduduk asli Kota Liverpool.

Terlebih lagi, Alexander-Arnold berada di Liverpool sejak berusia 6 tahun. Jika menilik alasan kepergiannya, ia ingin menjajal tantangan baru setelah sukses di Liverpool. Hal tersebut bisa dimaklumi bagi seorang pesepak bola. Sayangnya, para pendukung Liverpool punya pandangan berbeda. Kuatnya ikatan pendukung Liverpool dengan para pemain lokal menjadi alasannya. 

Liverpool sejatinya bukan tanpa usaha untuk memperpanjang kontrak Alexander-Arnold. Liverpool tidak hanya sekali memberikan penawaran, tetapi hal itu tak membuat sang pemain ingin bertahan lebih lama. Meski Liverpool bakal membuatnya sebagai pemain dengan salah satu bayaran termahal, keinginannya untuk pergi dari Anfield tetap menjadi keputusannya. 

Dengan situasi tersebut, banyak fans yang membandingkan kepergian Alexander-Arnold dengan Philippe Coutinho pada 2018 lalu. Setidaknya, Coutinho dianggap lebih baik meski kepergiannya ke Barcelona saat itu juga membuat fans kecewa. Namun, Coutinho meneken perpanjangan kontrak pada musim panas 2017. Coutinho terjual mahal seharga 142 juta pound sterling (Rp3,10 triliun), yang membuat Liverpool bisa merekrut Alisson dan Virgil van Dijk. 

2. Tidak bermain maksimal setelah adanya saga transfer dengan Real Madrid

Pada Desember 2024 lalu, Real Madrid sejatinya ingin membeli Trent Alexander-Arnold ketika transfer musim dingin 2025. Namun, Liverpool menolak hal tersebut. Alasannya jelas, pihak klub tidak ingin kehilangan pemain pentingnya pada pertengahan musim ketika Liverpool masih bersaing gelar juara. Sayangnya, situasi ini bak bumerang bagi Liverpool. 

Ditambah lagi, ketidakjelasan situasi kontrak Alexander-Arnold ini sudah terjadi sejak awal musim. Sang pemain dianggap tidak memberikan penampilan terbaiknya di LIverpool. Ini mulai terasa ketika memasuki pertengahan musim. Kabar kepergiannya ke Real Madrid yang makin kencang membuat fokusnya terpecah. Ia seakan tidak bermain dengan hati di Liverpool. 

Dengan saga transfer tersebut, banyak fans Liverpool yang menilai Alexander-Arnold tak maksimal pada paruh kedua musim. Salah satu penampilan buruknya terjadi ketika Liverpool bermain imbang 2-2 kontra Manchester United pada awal Januari 2025. Setelah berita kepergiannya ke Real Madrid mencuat, ia menunjukkan permainan yang tidak seperti biasanya.

3. Tetap memilih pergi meski berstatus sebagai Scouser di Liverpool

Pada akhirnya, kekecewaan para pendukung Liverpool atas kepergian Trent Alexander-Arnold ini bisa diwajarkan. Terlebih lagi, statusnya sebagai Scouser di dalam tim membuat ada ikatan kuat yang terjalin. Keterikatan pemain lokal dengan para pendukung ini menjadi sangat emosional. Sang pemain mempunyai beban moral yang tinggi dan ketika pergi dengan cara demikian, maka kemarahan pendukung Liverpool menjadi reaksi yang bisa dimaklumi.

Alexander-Arnold sejatinya bisa pergi dengan tidak menimbulkan kekecewaan para pendukung Liverpool. Berkaca pada situasi seperti Philippe Coutinho, ia masih akan tetap dianggap kebanggaan dan mendapatkan rasa hormat. Dengan catatan, ia tidak membiarkan kontraknya habis begitu saja dan memberikan setidaknya dana penjualan kepada Liverpool. Sayangnya, hal itu tidak dilakukannya jauh-jauh hari sebelum akhirnya memilih pergi dengan cara demikian.

Terlepas dari kekecewaan pendukung Liverpool, Alexandar-Arnold merupakan bek sayap dengan kreativitas tinggi dan jasa besar bagi klub. Ia telah mengemas 23 gol dan 92 assist dari 352 laga bersama LIverpool. Ia turut membantu Liverpool bangkit dan kembali berprestasi dengan menjuarai semua gelar yang bisa didapatkan, termasuk English Premier League dan Liga Champions Eropa. Kini, kisahnya akan segera berakhir dengan Liverpool.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team