Trent Alexander-Arnold tidak dimungkiri merupakan salah satu pemain terbaik pada era kebangkitan LIverpool. Namun, kepergiannya secara gratis pada usia emasnya menjadi alasan di balik kekecewaan para pendukung Liverpool. Ini tidak terlepas dari statusnya sebagai Scouser di dalam tim. Scouser sendiri merujuk pada arti penduduk asli Kota Liverpool.
Terlebih lagi, Alexander-Arnold berada di Liverpool sejak berusia 6 tahun. Jika menilik alasan kepergiannya, ia ingin menjajal tantangan baru setelah sukses di Liverpool. Hal tersebut bisa dimaklumi bagi seorang pesepak bola. Sayangnya, para pendukung Liverpool punya pandangan berbeda. Kuatnya ikatan pendukung Liverpool dengan para pemain lokal menjadi alasannya.
Liverpool sejatinya bukan tanpa usaha untuk memperpanjang kontrak Alexander-Arnold. Liverpool tidak hanya sekali memberikan penawaran, tetapi hal itu tak membuat sang pemain ingin bertahan lebih lama. Meski Liverpool bakal membuatnya sebagai pemain dengan salah satu bayaran termahal, keinginannya untuk pergi dari Anfield tetap menjadi keputusannya.
Dengan situasi tersebut, banyak fans yang membandingkan kepergian Alexander-Arnold dengan Philippe Coutinho pada 2018 lalu. Setidaknya, Coutinho dianggap lebih baik meski kepergiannya ke Barcelona saat itu juga membuat fans kecewa. Namun, Coutinho meneken perpanjangan kontrak pada musim panas 2017. Coutinho terjual mahal seharga 142 juta pound sterling (Rp3,10 triliun), yang membuat Liverpool bisa merekrut Alisson dan Virgil van Dijk.