Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi lemparan ke dalam sepak bola (pexels.com/@phxtosene-eneas-525081206)
ilustrasi lemparan ke dalam sepak bola (pexels.com/@phxtosene-eneas-525081206)

Intinya sih...

  • Lemparan jauh kembali populer di English Premier League, dianggap taktik yang menguntungkan dalam situasi bola mati.
  • Rory Delap menjadi pionir lemparan jauh efektif, disusul oleh Brentford yang memanfaatkannya dengan strategis.
  • Lemparan jauh dipandang sebagai set-piece aktif yang dapat menciptakan peluang layaknya sepak pojok, memerlukan repetisi dan perencanaan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sebuah taktik tradisional kini mencuri perhatian di tengah perkembangan sepak bola modern yang sarat dengan taktik kompleks dan skema penguasaan bola. Lemparan jauh, yang sempat dipandang sebagai senjata baheula (zaman dulu), muncul lagi sebagai alat taktis yang menguntungkan di English Premier League (EPL). Banyak tim saat ini menghidupkan kembali strategi ini demi menciptakan kekacauan di area pertahanan lawan.

Kebangkitan ini bukan sekadar nostalgia atau keterbatasan teknik. Justru, para pelatih dan analis taktik menyadari adanya peluang besar dalam situasi bola mati, termasuk lemparan ke dalam. Dengan pendekatan berbasis data dan latihan terstruktur, lemparan jauh kini berevolusi menjadi skema yang terencana dan berpotensi menentukan hasil pertandingan.

1. Lemparan jauh Rory Delap jadi salah satu taktik ikonik di Premier League

Lemparan jauh mulai mendapat sorotan luas saat Rory Delap menjadikannya senjata utama Stoke City pada musim 2008/2009. Dilansir Sky Sports, 25 persen dari total gol Stoke di Premier League kala itu berasal dari lemparannya yang dikombinasikan dengan kekuatan fisik pemain dan pengaturan posisi yang rapi. Ia yang pernah menjadi atlet lempar lembing mampu menciptakan lintasan bola datar dan tajam yang tak bisa diprediksi.

Pelatih-pelatih papan atas Premier League turut merespons ancaman ini. Arsene Wenger menyebut lemparan Delap sebagai keuntungan yang tidak adil sampai mengusulkan adanya perubahan aturan. David Moyes menyamakannya dengan ‘slingshot manusia’, sementara Sam Allardyce menyebutnya sebagai ‘rudal Scud’ terbaik yang pernah ia lihat. Bahkan Luiz Felipe Scolari mengaku tak pernah melihat hal serupa sebelumnya.

Namun, tren ini perlahan meredup seiring populernya gaya main berbasis penguasaan bola dan progresi dari belakang. Klub-klub mulai memprioritaskan pembangunan serangan dari kiper dan bek tengah, bukan dari lemparan ke dalam. Meski demikian, lemparan Delap tetap dianggap sebagai taktik ikonik yang terencana, efektif, efisien.

2. Brentford dan AFC Bournemouth jadi tim yang kini memaanfaatkan peluang dari lemparan jauh

Dalam beberapa musim terakhir, Brentford tampil sebagai pelopor kebangkitan lemparan jauh di Premier League. Mengutip The Athletic, klub asal London tersebut mengarahkan 63 persen lemparan di zona ofensif langsung ke dalam kotak penalti, tertinggi di liga. Strategi ini menghasilkan 92 lemparan langsung ke kotak 16 musim ini dan menyumbang 0,04 expected goals (xG) per lemparan, lebih dari dua kali lipat dari tim peringkat kedua dalam statistik tersebut.

Tak hanya volume, efektivitas Brentford juga terlihat dari cara mereka mengatur formasi saat lemparan. Pemain seperti Ethan Pinnock dan Nathan Collins mengisi tiang dekat, sementara Yoane Wissa, Mikkel Damsgaard, dan Bryan Mbeumo menunggu bola pantul di sekitar titik penalti. Thomas Frank menekankan pentingnya second-phase pressure, atau pressing lanjutan setelah gagal memenangkan bola pertama.

Bournemouth menjadi contoh tim lain yang memanfaatkan lemparan jauh secara strategis. Pada laga melawan Arsenal pada Sabtu (3/5/2025) lalu, Antoine Semenyo meluncurkan lemparan yang langsung disambut Dean Huijsen untuk mencetak gol penyama. Pelatih Andoni Iraola mengakui, mereka kini menyertakan latihan lemparan jauh dalam sesi reguler dan menyebut Semenyo dan James Hill sebagai pelontar andalan.

3. Lemparan jauh dianggap sebagai set-piece layaknya sepak pojok

Dalam sepak bola modern yang penuh analisis statistik dan pencarian setiap keunggulan kecil, lemparan jauh dipandang sebagai sebuah detail taktis yang memberikan keuntungan signifikan. Klub-klub seperti Brentford menganggapnya bukan hanya sebagai lemparan biasa, tetapi sebagai set-piece aktif yang dapat menciptakan peluang layaknya sepak pojok. Setiap pergerakan pemain diatur, dari penghalang marker, pemantul bola, hingga penyergap bola rebound.

Efektivitas lemparan jauh sangat bergantung kepada komposisi skuad. Tim dengan bek tengah tinggi dan kuat, serta penyerang yang tajam di kotak penalti, mendapatkan keuntungan maksimal dari situasi ini. Ketika bola dilemparkan ke area kotak penalti dengan kekuatan penuh, pertahanan lawan akan kesulitan untuk tetap terorganisir.

Thomas Frank menyatakan, keberhasilan Brentford datang dari repetisi dan perencanaan. Ia menekankan pentingnya menjaga tekanan setelah lemparan dilakukan, bukan hanya berharap kepada sambaran pertama. Bahkan dalam pertandingan melawan Manchester United pada Minggu (4/5/2025) lalu, serangan berawal dari lemparan ke dalam menghasilkan gol lewat tekanan bola kedua dan positioning yang cermat.

Lemparan jauh kini telah bertransformasi dari taktik usang menjadi elemen penting dalam evolusi strategi di Premier League. Dengan pendekatan ilmiah dan pelatihan khusus, berbagai tim berusaha memanfaatkan setiap keunggulan kecil yang bisa menjadi pembeda di laga krusial.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team