Lionel Messi (instagram.com/afaseleccion)
Seperti atlet sepak bola pada umumnya, Diego Maradona tidak selamanya bermain untuk Timnas Argentina. Ia mulai digantikan nama-nama lain dari generasi berikutnya.
Sepeninggal Maradona, La Albiceleste sebenarnya tidak kesulitan menemukan bintang baru. Sebut saja Gabriel Batistuta, Juan Pablo Sorin, Javier Zanetti, Javier Mascherano, Diego Simeone, hingga Esteban Cambiasso.
Nama-nama tadi sampai sekarang masih bisa kita ingat karena talentanya yang mumpuni dan kontribusinya dalam mewarnai dinamika sepak bola dunia pada era 2000-an. Namun, sosok yang paling mencuri perhatian dan masih aktif hingga kini, siapa lagi kalau bukan Lionel Messi?
Messi debut di Piala Dunia 2006 sebagai remaja 19 tahun. Sesuai perkiraan, ia tampil apik bersama Argentina. Sekitar 3 tahun kemudian, Messi meraih gelar Ballon d'Or pada usia 22 tahun. Sebuah fenomena yang mencengangkan, tetapi ternyata bisa dijelaskan secara ilmiah.
Jafari dan Smith pada 2016 mempublikasikan sebuah penelitian tentang cara kerja otak Messi yang berbeda dari kebanyakan pemain sepak bola dalam jurnal Chronobiology International. Menurut temuan mereka, Messi memiliki kemampuan motorik yang jauh lebih baik dari kebanyakan atlet lainnya.
Kemampuan ini membuat Messi memiliki banyak ruang untuk mengoptimalkan kemampuan kognitifnya. Dengan begitu, La Pulga mampu melakukan pengamatan dan membuat keputusan dengan lebih cermat dan cepat.
Sangat mudah menemukan orang yang mengaku sebagai fans Messi ke mana pun kamu pergi ke venue olahraga. Sepeninggal para seniornya, secara natural Messi ditunjuk jadi kapten sejak Piala Dunia 2014.
Sejak saat itu pula, banyak fans yang ingin melihat Messi naik ke podium juara membawa negaranya meraih trofi. Setelah menunggu lama, visi itu akhirnya terwujud pada 2021 lewat gelar Copa Libertadores.
Meski begitu, suporter Messi belum puas. Mengingat usianya yang tak lagi muda, orang percaya bahwa Piala Dunia 2022 adalah kesempatan terakhir Messi mempersembahkan gelar prestisius tersebut.
Ini yang sepertinya bisa menjelaskan mengapa banyak orang berbondong-bondong terbang ke Qatar menjadi pendukung Timnas Argentina. Mereka berharap bisa melihat aksi Messi di panggung akbar tersebut untuk terakhir kalinya.