Pada 2009, dikutip dari Theguardian.com, RB Leipzig adalah salah satu klub yang berada di liga divisi lima di Jerman. Namanya pertama adalah SSV Markranstädt, sampai beberapa tahun kemudian, produsen minuman energi asal Austria, Red Bull memboyong lisensi klub. Pembelian ini membuat Red Bull berhak mengganti nama, lambang dan jersey klub.
RB Leipzig pun terbentuk dengan budget transfer, 100 juta Euro atau setara 1,4 triliun rupiah. Angka fantastis ini pun membuat klub ini merangkak musim per musim sampai berada di Bundesliga. Kata "RB" adalah alasan pertama kenapa tim ini dibenci.
RB yang merupakan singkatan dari Rasenballsport sendiri adalah cara Leipzig untuk menyembunyikan sponsor dalam nama klub. Penggunaan sponsor dalam nama klub dilarang oleh asosiasi sepakbola Jerman. Akhirnya, klub berusaha menutupi pemilik utama dengan menyingkat nama jadi RB yang bisa berarti Red Bull dan Rasenballsport.
Padahal, asosiasi sepakbola Jerman melarang adanya investor besar untuk memiliki sebuah klub. Dengan peraturan 50+1, diharapkan kalau klub sendiri memiliki suara mayoritas dalam pemilihan. Selain itu, hanya investor yang sudah bersama sebuah klub selama lebih dari 20 tahun dapat melewati peraturan 50+1 ini. Sementara Red Bull tidak pernah membuat investasi di Liga Jerman.
50+1 ini memungkinkan sebuah klub memiliki investor ramai yang bisa datang dari suporter. Contoh saja Borussia Dortmund yang memiliki 139.000 anggota atau 'investor' yang memiliki hak veto untuk ikut membuat keputusan, seperti harga tiket stadion. Dormund hanya mematok 62 Euro atau setara 877.000 rupiah per tahun.
Uniknya RB Leipzig berhasil membuat sebuah 'terobosan' dengan biaya member yang lebih murah per tahunnya. Namun, justru mereka menjanjikan 'anggota spesial' akan meraih uang cash back sebesar 1.000 Euro atau setara 14,1 juta rupiah per tahun.
Akan tetapi, para anggota RB Leipzig yang berisi 17 orang ternyata adalah pihak Red Bull itu sendiri. Ya, hal tersebut pun dibongkar oleh asosiasi sepakbola Jerman sendiri. Dikutip dari Footballfancast.com, asosiasi sepakbola Jerman tidak bisa berbuat apa-apa ketika Red Bull mengancam untuk menarik investasi di klub dari kota berisi 500.000 orang saja itu. Pasalnya, Leipzig adalah klub pertama dan satu-satunya asal Jerman Timur yang main di level tertinggi.