Bagi Liverpool, kegagalan ini meninggalkan lubang besar di lini pertahanan. Saat ini, The Reds hanya memiliki tiga bek tengah senior, yaitu Virgil van Dijk, Ibrahima Konate, dan Joe Gomez, ditambah satu talenta muda, Giovanni Leoni. Meski manajemen menegaskan kepuasannya dengan komposisi skuad saat ini, opsi untuk mengejar Marc Guehi kembali pada bursa Januari 2026 atau menunggu hingga musim panas 2026 tetap terbuka.
Bagi Crystal Palace, mempertahankan Guehi menjadi keuntungan jangka pendek. Kehadirannya memastikan stabilitas lini belakang, terutama untuk menghadapi jadwal padat di Premier League, UEFA Conference League, dan kompetisi domestik lainnya. Namun, risiko finansial mengintai karena klub berpotensi kehilangan pemain berharga ini secara gratis jika kontraknya tidak diperpanjang, sebuah kerugian besar setelah kehilangan potensi pemasukan 35 juta pound sterling.
Sementara itu, bagi Marc Guehi, kegagalan ini menjadi pukulan emosional. Ia dikabarkan sudah berada di ruang medis ketika menerima kabar pembatalan transfer. Meski demikian, Guehi tetap memegang kendali atas masa depannya. Dilansir BBC, mulai Januari 2026, ia dapat menandatangani prakontrak dengan klub mana pun di luar Inggris. Situasi ini berpotensi meningkatkan nilai kontraknya berkat status bebas transfer.
Kegagalan transfer Marc Guehi ke Liverpool bukan hanya soal angka, tetapi juga cerminan dinamika kompleks antara strategi klub, ego manajer, dan ketidakpastian pasar. Drama ini meninggalkan tanda tanya besar tentang langkah berikutnya, baik untuk Liverpool, Crystal Palace, maupun Guehi sendiri.