Berbeda dengan Emiliano Martinez yang suka memancing emosi algojo lawan, Caoimhín Kelleher cenderung tenang saat menghadapi situasi tendangan penalti. Ia menggunakan trik lama kiper dengan meletakkan tangannya di atas kepala untuk ‘memenuhi’ gawangnya. Saat algojo mulai mendekat dan menembak, Kelleher mencondongkan tubuhnya ke depan.
Namun, alih-alih menebak, ia memilih menunggu hingga eksekutor penalti meletakkan kaki berdirinya dan kaki penembaknya sebelum memilih arah untuk bergerak. Ini bisa membuat penendang panik karena mereka juga akan mengamati pergerakan kiper. Aksi Kelleher saat menyelamatkan penalti Kylian Mbappe dan Bruno Fernandes adalah contoh nyata.
Tidak cuma bersikap tenang, Kelleher juga memilih berdiri tegap dan melontarkan satu kaki dari garisnya tepat saat bola ditendang. Ia menggeser berat badannya ke depan, yang membantunya memperbesar langkahnya. Ini memberinya energi dan kekuatan untuk mendorong bola ke arah luar dan menghentikannya.
Meski demikian, yang perlu menjadi catatan, sebagian besar penyelamatan Kelleher dilakukan dengan posisi rendah atau setinggi perut, mengarah ke tengah, kiri, atau kanan. Seperti kebanyakan kiper, jika seorang algojo menembak ke sudut atas gawang, peluang untuk melakukan penyelamatan akan lebih terbatas. Apalagi jika bola meluncur dengan deras.
Apa pun itu, penalti bukan cuma soal teknik, tetapi juga pertarungan psikologis. Setiap kali Caoimhín Kelleher memenangkannya, itu otomatis akan membuat kepercayaan dirinya meningkat. Reputasinya pun bakal dikenal lebih luas dan itu sudah dibuktikannya.