Belum genap 2 minggu setelah skandal wasit mencuat, TFF kembali mengguncang dunia sepak bola pada 11 November 2025. Dalam pernyataannya, federasi mengumumkan penangguhan 1.024 pemain yang terlibat dalam aktivitas taruhan. Dari jumlah tersebut, 27 pemain berasal dari Super Lig, termasuk nama-nama besar, seperti Eren Elmali dan Metehan Baltaci dari Galatasaray serta Necip Uysal dan Ersin Destanoglu dari Besiktas. Data resmi TFF menunjukkan, pemain-pemain ini sedang menunggu proses disipliner di bawah Dewan Disiplin Profesional (PFDK).
Selain para pemain, 149 wasit dan 45 delegasi pertandingan juga ikut ditangguhkan. Bahkan, Murat Ozkaya, Presiden Klub Eyupspor, ditahan oleh pengadilan Istanbul bersama beberapa pejabat lain atas tuduhan manipulasi hasil pertandingan. Federasi mengambil langkah cepat dengan menunda kompetisi divisi kedua dan ketiga selama 2 minggu, sementara Super Lig dan 1. Lig tetap berjalan. Untuk mengatasi krisis personel, TFF meminta izin kepada FIFA agar jendela transfer musim dingin 2026 diperpanjang 15 hari sehingga klub bisa mengganti pemain yang terkena sanksi.
Kasus ini menimbulkan gelombang reaksi keras di kalangan publik dan klub. Beberapa pemain membela diri, mengklaim jika taruhan dilakukan oleh pihak lain menggunakan identitas mereka, atau terjadi sebelum mereka menjadi profesional. Eren Elmali, misalnya, menegaskan transaksinya terjadi 5 tahun lalu tanpa keterlibatannya secara langsung. Namun, skala kasus ini yang melibatkan lebih dari 1.000 pemain dari berbagai divisi, membuat publik sulit percaya pada klaim pembelaan tersebut.
Situasi ini menandai titik nadir bagi sepak bola Turki, yang selama ini sudah dikenal dengan konflik internal dan tuduhan bias wasit. Ketika jumlah tersangka mencapai ribuan, sejauh mana akar masalah ini telah merasuki struktur sepak bola nasional? Publik kini menuntut reformasi menyeluruh, sementara TFF harus menyeimbangkan antara menjaga kelangsungan kompetisi dan menegakkan integritas olahraga.