Gareth Southgate (skysports.com)
Inggris sejatinya memulai semifinal Piala Eropa 1996 dengan meyakinkan. Di awal pertandingan, mereka sudah unggul lewat gol yang dicetak oleh Shearer. Namun, Jerman tidak tinggal diam dan menyamakan kedudukan lewat Stefan Kuntz pada menit 16.
Singkat cerita, di sisa waktu 2x45 menit plus perpanjangan waktu, skor 1-1 masih bertahan. Laga pun berlanjut ke babak adu penalti. Nah, situasi di semifinal Piala Eropa 1996 itu persis dengan keadaan final edisi 2020 yang digelar dini hari tadi WIB.
Inggris mengawali final Piala Eropa 2020 dengan baik. Mereka unggul cepat lewat gol Luke Shaw dan mampu mempertahankan keunggulan sampai menit 66. Sial bagi mereka, di menit 67, Italia menyamakan angka lewat Leonardo Bonucci.
Di sisa waktu pertandingan sampai babak perpanjangan waktu, skor 1-1 tidak berubah. Alhasil, sama seperti 1996, Inggris harus kembali melalui adu penalti di final Piala Eropa 2020 ini. Di sinilah, kenangan buruk untuk Southgate terulang.
Pada gelaran 1996 silam, Southgate yang notabene masih berusia muda dapat kepercayaan dari Terry Venables untuk mengeksekusi penalti. Sayang, dia gagal menjawab kepercayaan tersebut dan Inggris pun tumbang di tangan Jerman. Mereka gagal melaju ke final.
Dalam final Piala Eropa 2020, Southgate melakukan kesalahan serupa. Alih-alih memberi kepercayaan pada pemain senior, dia justru mengandalkan para pemain muda seperti Jadon Sancho dan Bukayo Saka buat jadi algojo adu penalti. Hasilnya? Mereka gagal karena beban mental yang besar.
Kegagalan ini pun jadi pengulangan tersendiri bagi Southgate. Untuk kedua kalinya, baik sebagai pemain atau pelatih di Piala Eropa, dia gagal membawa Inggris menang di momen krusial.