Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
3780e747-7125-4b28-9052-f6158f3c8638.jpg
Potret Riska Amelia Agustina. (Instagram/@riskaameliaa23).

Intinya sih...

  • Riska Amelia Agustina, atlet downhill Indonesia, berjuang untuk meraih medali emas di SEA Games 2025 Thailand.

  • Riska memulai karirnya dari BMX dan mengalami cedera serius yang membuatnya harus menjalani pemulihan selama tiga bulan.

  • Dukungan orang tua dan target peringkat dunia yang lebih tinggi menjadi motivasi Riska dalam meraih kesuksesan di cabang olahraga downhill.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - SEA Games 2025 tinggal menghitung pekan. Pada edisi kali ini, ajang multievent terbesar Asia Tenggara itu akan dihelat di Thailand, pada 9-20 Desember mendatang.

Semua atlet sudah tak sabar untuk berburu medali. Termasuk Riska Amelia Agustina, yang ambisinya sudah berlipat ganda untuk mengharumkan nama bangsa, lewat downhill.

Srikandi berusia 22 tahun itu menjadikan medali emas sebagai harga mati untuk dijadikan buah tangan. Riska tak mau kalah dari seniornya, Tiara Andini Prastika, yang juga berhasil meraih medali emas di SEA Games 2021 Vietnam.

SEA Games 2025 memang amat dinanti atlet donwhill Tanah Air, mengingat olahraga ekstrem itu tidak dipertandingkan pada edisi sebelumnya, SEA Games 2023 Kamboja.

Sebelum menyaksikan aksi Riska meluncur di bukit curam, ada baiknya menyimak perjalanan Riska yang ternyata juga penuh rintangan.

1. Berawal dari BMX, Riska jatuh cinta dengan downhill sampai dipanggil pelatnas

Usut punya usut, Riska ternyata mengawali olahraga sepeda dari BMX. Sempat merasakan jenuh, Riska pun banting setir ke balapan enduro, dan baru mencicipi downhill pada 2018.

Riska melakoni balapan downhill perdananya pada 2018 lalu, saat masih menginjak 16 tahun. Awalnya hanya cari uang tambahan untuk menggeber latihan, rupanya terbawa perasaan.

"Awalnya saya senang main BMX. Tapi lama-lama event BMX itu ya begitu-begitu saja. Saya ingin cari pengalaman baru, jadi sempat mencoba enduro, karena mirip-mirip dengan downhill juga. Setelah setahun ikut race enduro, saya mulai ikut balapan Indonesian Downhill (IDH). Pertama kali ikut itu tahun 2018, masih usia 16 tahun, turun di kelas women open," kata Riska dalam wawancara khusus bersama IDN Times.

Performa Riska cukup mencolok, membuktikan kalau dia memiliki bakat di cabang olahraga tersebut. Perjuangannya berbuah manis, lantaran mendapat panggilan untuk mengikuti pelatihan nasional (pelatnas).

"Awalnya sih cuma ingin cari uang tambahan buat latihan, karena hadiah lomba downhill lebih besar daripada BMX. Tapi, lama-lama saya merasa bisa kompetitif di downhill. Dari situ saya mulai serius, sampai akhirnya dipanggil Timnas pada 2021. Setelah ikut pelatnas selama setahun, di 2022 saya memutuskan fokus sepenuhnya di downhill," ujar Riska.

Potret Riska Amelia Agustina. (Instagram/@riskaameliaa23).

2. Belum beruntung untuk ikut SEA Games

Riska masuk pelatnas untuk mengikuti SEA Games 2021 Vietnam. Namun, Riska terpaksa menarik napas panjang. Dia gagal ikut rombongan Tim Indonesia karena tak memenuhi regulasi.

Riska yang masih berstatus junior belum memiliki catatan prestasi di Asia. Secara peringkat di UCI pun masih rendah. Hal tersebut membuat Riski mengubur mimpinya tampil di SEA Games.

"Event pertama saya adalah pelatnas persiapan SEA Games 2021 di Vietnam. Tapi saya gagal main karena tahun itu masih junior, jadi enggak ada data prestasi tingkat Asia dan lain-lain," ucap Riska.

3. Dapat panggilan lagi, momentumnya bertepatan dengan performa puncak

Persiapan Riska juga singkat, karena baru dipanggil per 1 September 2025. Sementara, atlet lain banyak yang sudah menjalani pelatnas sejak April 2025. Namun, Riska tidak risau.

Itu karena Riska merasa performanya sedang bagus sepanjang 2025. Memang, menilik data UCI, Riska sukses menyabet medali di berbagai ajang domestik dan internasional.

Salah satunya adalah Asian Continental Championship di China, pada April 2025 lalu, dengan menyabet medali perak, plus 120 poin UCI. Itu merupakan poin tertinggi yang didapat sejak November 2024 lalu.

"Saya baru masuk Timnas per 1 September. Sedangkan, pelatnas kan sudah mulai Aprik, saya baru masuk bulan lalu. Mungkin ini rezeki saya bisa main di SEA Games, dan momentumnya juga pas secara performa. Kalau ibarat buah, sudah matang," kata Riska.

Riska pun mematok target tinggi. Dia siap menggemakan lagu Indonesia Raya di kategori downhill putri, dengan cara naik podium pertama.

"Target medali emas sih. Karena kan SEA Games sebelumnya Tiara Andini raih emas. Jadi, target saya emas juga," janji Riska.

Potret Riska Amelia Agustina. (Dok. 76Rider).

4. Cedera jadi titik balik bagi Riska

Di sisi lain, performa ciamik Riska ternyata buah dari cerita pahit. Pada 2022, Riska mendapat kesempatan untuk mengukir debut di Kejuaraan Asia yang kala itu dihelat di Korea Selatan.

Bukan medali, melainkan cedera patah tulang bahu yang justru didapat Riska. Dia harus menjalani pemulihan selama tiga bulan. Tetapi, Riska berhasil bangkit dari keterpurukan.

Riska berlatih keras dan kembali mengikuti Kejuaraan Asia di India setahun berikutnya. Niat untuk melawan trauma, Riska sukses menggondol medali perunggu. Sejak saat itu, performa Riska mulai meningkat dan stabil.

"Kejuaraan Asia pertama saya di Korea Selatan, itu sempat crash, patah tulang bahu. Saya ikut lagi Kejuaraan Asia di India untuk menghapus trauma, ternyata berhasil dan mendapat medali.

"Tahun 2024 di Malaysia dapat perunggu juga, 2025 di China baru dapat Perak. Alhamdulillah, pascacedera itu prestasi saya malah meningkat," ujar Riska.

5. Dukungan orang tua jadi kunci

Kesuksesan Riska tak lepas dari dukungan orang tua. Riska bersyukur, karena ibu dan ayahnya mendukung penuh cita-citanya.

"Kalau dari sisi keluarga mendukung, karena orang tua saya senang olahraga, jadi apa pun yang saya lakukan, selagi itu menunjang masa depan saya, prestasi saya, mereka mendukung penuh," kata Riska.

6. Misi Riska dongkrak peringkat dunia

Selain medali emas SEA Games 2025, Riska juga ingin menutup tahun 2025 dengan peringkat dunia yang lebih baik. Saat ini, Riska bertengger di posisi ke-22 dunia, dengan torehan 508 poin.

Riska ingin memiliki peringkat yang lebih tinggi untuk tampil di ajang yang lebih megah, yakni level dunia. Lebih dari itu, Riska juga ingin mengikuti jejak Milatul Khaqimah, yang menjadi atlet downhill Indonesia pertama di tim Eropa.

"Saya ada target masuk 20 besar di tahun ini. Seri terakhir 76 IDH 2025 di Klemuk nanti kan ada poin C1 (kelas satu), mungkin kalau menang di situ bisa naik ke-20. Peringkat yang bagus juga jadi modal buat tahun depan," tutur Riska.

"Kalau peringkat bagus, otomatis bisa main di World Champs, kepantau juga sama tim pabrikan luar, karena mereka juga butuh rider yang punya poin bagus. Ini juga bagian dari target tim saya, fokus nyari poin UCI," ucap Riska.

Editorial Team