Jakarta, IDN Times - Proses akuisisi klub Liga Inggris Newcastle United oleh konsorsium Public Investment Fund (PIF) asal Arab Saudi yang dipimpin Pangeran Muhammad bin Salman kini menimbulkan sejumlah protes. Pembelian senilai £300 juta atau Rp5,7 triliun yang direcanakan rampung 30 April 2020 terancam batal.
Gejolak protes pertama muncul dari Lembaga Hak Asasi Manusia (HAM) Amnesty International. Mereka meminta pengelola Premier League mempertimbangkan akuisisi melalui firma PCP Capital Partners itu. Hal itu tak lepas dari rekam jejak keluarga kerajaan Arab Saudi, tepatnya putra mahkota yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan, yakni Mohammed bin Salman punya catatan pelanggaran HAM.
"Semua bisnis perlu melindungi diri dari kemungkinan keterkaitan pelanggaran HAM, termasuk sepak bola Inggris, tak ada perbedaan. Pembelian Newcastle bisa jadi tindakan politik untuk memanfaatkan pihak tertentu bersembunyi dari pelanggaran HAM yang pernah mereka lakukan sendiri," kata Direktur Amnesty International Inggris, Kate Allen, dalam pernyataan resminya.