Luis Aragones (twitter.com/FIFAcom)
Usai menjadi juara pada 1964, prestasi Spanyol di Euro terbilang tak terlalu bagus. Raihan terbaik mereka terjadi pada 1984 ketika menjadi runner-up. Sisanya, mereka tak pernah melangkah lebih jauh dari perempat final. Bahkan, Spanyol 3 kali gagal lolos kualifikasi dan 3 kali pula tak mampu keluar dari fase grup.
Spanyol mulai bangkit ketika menunjuk Luis Aragones sebagai juru taktik setelah Spanyol gagal lolos dari fase grup pada 2004. Aragones mengadopsi taktik tiki-taka yang cukup lekat dengan Barcelona. Dengan taktik tersebut, Spanyol menjelma sebagai kekuatan besar di kancah sepak bola Eropa dan dunia.
Andres Iniesta, Xavi, Cesc Fabregas, dan David Silva menjadi motor serangan di lini tengah. Sementara itu, Fernando Torres menjadi ujung tombak untuk membobol jala lawan. Di lini pertahanan, ada Sergio Ramos dan Carles Puyol yang siap menghalau serangan yang mengarah ke gawang Iker Casillas.
Pada fase grup, Spanyol tampil sempurna dengan meraih tiga kemenangan atas Rusia, Swedia, dan Yunani. Mereka kemudian berhasil mengalahkan Italia dan Rusia untuk bertemu Jerman di partai final. Spanyol akhirnya keluar sebagai juara berkat gol tunggal Fernando Torres. Aragones yang ketika itu berusia 69 tahun merupakan pelatih tertua yang menjuarai Euro. Usai gelaran Euro 2008, Aragones memutuskan untuk mundur dari kursi pelatih.