Andriy Shevchenko menjadi salah satu pemain Ukraina yang meraih kesuksesan di liga top Eropa. Masa-masa indah ia jalani saat berseragam AC Milan pada 1999–2006. Ia tampil moncer dengan torehan 175 gol dan 46 assist untuk Rossoneri. Selain mempersembahkan sejumlah trofi bergengsi, termasuk Serie A dan UEFA Champions League, ia juga meraih Ballon d’Or pada 2004.
Setelah tampil menggila di AC Milan, Shevchenko memilih untuk hengkang ke Chelsea pada musim panas 2006. The Blues merogoh kocek sebesar 43,88 juta euro (Rp824 miliar) untuk mendatangkannya. Selama 2 musim sebelumnya, Chelsea yang ditangani Jose Mourinho sukses menjuarai English Premier League.
Namun, Shevchenko tak mampu berbuat banyak untuk Chelsea. Sang bomber gagal menemukan sentuhan terbaiknya dan hanya mencetak 22 gol dan 12 assist dari 77 pertandingan. Ia pun sempat dipinjamkan kepada AC Milan pada 2008/2009 sebelum akhirnya dilepas gratis kepada klub masa kecilnya, Dynamo Kyiv, pada 2009.
Ricardo Kaka dan Andriy Shevchenko gagal memenuhi ekspektasi setelah ditebus mahal klub lain dari AC Milan. Kini, giliran Tijjani Reijnders yang harus menunjukkan pembuktian. Pertanyaannya, akankah ia mencatatkan cerita yang berbeda dengan Kaka dan Shevchenko?