Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kalvin Phillips (mancity.com)
Kalvin Phillips (mancity.com)

Intinya sih...

  • Alfie Haaland pindah dari Leeds United ke Manchester City pada 2000 dengan nilai transfer sekitar 2,5 juta euro atau setara Rp50 miliar.

  • Robbie Fowler bergabung dengan Leeds United pada November 2001 dan pindah ke Manchester City pada Januari 2003 dengan nilai transfer sekitar 6 juta euro atau sekitar Rp120 miliar.

  • James Milner memulai karier di Leeds United dan kemudian bergabung dengan Manchester City pada 2010 dengan nilai transfer sekitar 26 juta euro atau sekitar Rp500 miliar.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sepanjang sejarah Premier League dan Divisi Satu Inggris, ada banyak kisah menarik dari para pemain yang pernah membela dua klub besar dengan tradisi berbeda, yaitu Manchester City dan Leeds United. Manchester City kini dikenal sebagai kekuatan dominan di Inggris dan Eropa berkat era modern yang penuh prestasi, sementara Leeds United memiliki reputasi sebagai klub dengan basis suporter fanatik dan sejarah panjang yang penuh pasang surut. Pertemuan jejak karier pemain di dua klub ini menghadirkan cerita yang beragam, mulai dari produk akademi, pembelian mahal, hingga pemain yang sekadar singgah untuk mencari menit bermain.

Menelusuri perjalanan mereka, kita bisa melihat bagaimana karier seorang pesepak bola sering kali penuh liku. Ada yang menjelma jadi bintang besar bersama City setelah lebih dulu membuktikan diri di Leeds, ada pula yang datang ke Elland Road dalam kondisi mencari peluang kedua setelah gagal bersinar di Etihad. Setiap kisah menghadirkan warna tersendiri yang memperlihatkan keterkaitan unik antara The Citizens dan The Whites. Dari generasi lama hingga era modern, para pemain ini menjadi saksi perjalanan dua klub dengan jalan berbeda, namun sama-sama meninggalkan jejak penting dalam sejarah sepak bola Inggris.

1. Alfie Haaland

Alfie Haaland (leedsunited.com)

Alfie Inge Haaland, ayah dari striker fenomenal Erling Haaland, merupakan gelandang serba bisa yang bisa dimainkan sebagai bek kanan maupun gelandang bertahan. Ia bergabung dengan Leeds United pada 1997 setelah pindah dari Nottingham Forest dengan reputasi sebagai pemain pekerja keras dan punya determinasi tinggi. Selama membela The Whites, Haaland mencatat sekitar 74 penampilan di semua ajang dengan torehan 8 gol.

Di Leeds, ia menjadi bagian penting tim asuhan David O’Leary yang kala itu sedang bangkit sebagai kekuatan baru Premier League, bahkan sempat lolos ke Liga Champions. Energi, ketangguhan, dan fleksibilitas posisinya membuat Haaland jadi pemain yang cukup disukai oleh fans di Elland Road meski tidak selalu jadi starter utama.

Pada musim panas 2000, Alfie Haaland pindah ke Manchester City dengan nilai transfer sekitar 2,5 juta euro atau setara Rp50 miliar. Di City, ia lebih banyak dimainkan sebagai bek kanan sekaligus gelandang bertahan, berperan menjaga stabilitas permainan tim. Ia mencatat 38 penampilan liga dan 3 gol selama berseragam The Citizens. Sayangnya, kariernya di City terganggu oleh cedera serius akibat insiden dengan Roy Keane dari Manchester United, yang terkenal dalam sejarah rivalitas Manchester Derby.

Cedera tersebut membuat Haaland tak pernah benar-benar kembali ke performa terbaiknya dan akhirnya pensiun lebih cepat pada 2003. Meski begitu, ia tetap dikenang sebagai sosok pekerja keras yang pernah membela dua klub dengan sejarah kuat di Inggris, yakni Leeds United dan Manchester City.

2. Robbie Fowler

Robbie Fowler (mancity.com)

Robbie Fowler, salah satu striker paling ikonik di Premier League, dikenal luas sebagai legenda Liverpool. Namun pada November 2001, ia bergabung dengan Leeds United dalam kesepakatan transfer senilai sekitar 11 juta euro atau sekitar Rp220 miliar. Di Leeds, Fowler datang dengan harapan bisa membantu lini depan yang saat itu dihuni Mark Viduka dan Alan Smith. Selama membela The Whites, ia mencatat 30 penampilan liga dengan torehan 14 gol, sebuah catatan yang cukup baik meski masa baktinya hanya berlangsung singkat. Namun, kondisi finansial Leeds yang mulai bermasalah membuat klub harus menjual beberapa pemain bintangnya, termasuk Fowler.

Pada Januari 2003, Fowler resmi pindah ke Manchester City dengan nilai transfer sekitar 6 juta euro atau sekitar Rp120 miliar. Di City, ia kembali bekerja sama dengan manajer Kevin Keegan yang percaya pada kualitas insting gol Fowler. Selama berseragam The Citizens, Fowler mencatat 80 penampilan liga dan 21 gol dalam tiga musim. Meski tidak berada di level terbaik seperti saat di Liverpool, ia tetap dikenal sebagai penyerang berkelas yang mampu mencetak gol-gol penting, terutama dalam laga-laga besar. Kehadirannya di City menambah pengalaman sekaligus memberikan warna tersendiri dalam perjalanan kariernya sebelum akhirnya kembali ke Liverpool pada 2006.

3. James Milner

James Milner (leedsunited.com)

James Milner memulai karier profesionalnya di Leeds United sebagai salah satu talenta muda paling menjanjikan di Inggris. Ia melakukan debut pada 2002 dalam usia 16 tahun, menjadikannya salah satu pemain termuda yang pernah tampil di Premier League. Milner menunjukkan kedewasaan dalam permainan, mampu bermain di berbagai posisi lini tengah maupun sayap, dan cepat menarik perhatian publik. Selama membela Leeds hingga 2004, ia mencatat 48 penampilan dan 5 gol, sebelum klub terpaksa menjualnya karena masalah keuangan. Meski hanya sebentar, Milner dikenang sebagai produk akademi Leeds yang berhasil menembus level tertinggi sepak bola Inggris.

Milner kemudian melanjutkan karier di Newcastle dan Aston Villa sebelum akhirnya bergabung dengan Manchester City pada 2010 dengan nilai transfer sekitar 26 juta euro atau sekitar Rp500 miliar. Di City, ia menjadi bagian penting dalam revolusi klub yang mulai membangun kekuatan besar lewat investasi pemain top. Selama lima musim, Milner mencatat 147 penampilan liga dengan 13 gol dan 19 assist, berkontribusi besar dalam keberhasilan City meraih dua gelar Premier League (2011/12 dan 2013/14), Piala FA, dan Piala Liga. Dikenal sebagai pemain serba bisa dengan etos kerja luar biasa, Milner menjadi salah satu figur yang dihormati di ruang ganti The Citizens.

4. Kasper Schmeichel

Kasper Schmeichel (mancity.com)

Kasper Schmeichel, putra legenda kiper Peter Schmeichel, memulai karier profesionalnya di Manchester City. Ia masuk akademi City pada awal 2000-an dan melakukan debut seniornya pada 2006. Namun, karena persaingan ketat di posisi kiper utama, Schmeichel lebih banyak menjalani masa pinjaman ke klub lain untuk mendapatkan pengalaman. Selama membela City, ia hanya mencatat 8 penampilan liga sebelum akhirnya hengkang mencari kesempatan bermain reguler. Meski singkat, pengalamannya di City membentuk dasar kariernya sebagai kiper modern dengan refleks cepat dan kemampuan distribusi bola yang baik.

Pada Agustus 2010, Schmeichel resmi bergabung dengan Leeds United setelah kontraknya dengan Notts County berakhir. Di Elland Road, ia langsung menjadi kiper utama dan tampil konsisten sepanjang musim. Selama semusim berseragam Leeds, ia mencatat 40 penampilan liga dan beberapa kali menjadi penentu kemenangan tim lewat penyelamatan gemilang. Namun, Leeds saat itu masih kesulitan menembus papan atas Championship, dan Schmeichel akhirnya dilepas ke Leicester City pada musim panas 2011. Meski singkat, kontribusinya di Leeds tetap diingat sebagai salah satu fase penting dalam perjalanan kariernya menuju status kiper kelas dunia.

5. Kalvin Phillips

Kalvin Phillips (instagram.com/kalvinphillips)

Kalvin Phillips adalah pemain yang lahir dan besar di Leeds, bahkan ia menjadi simbol kebanggaan kota tersebut. Ia masuk akademi Leeds United sejak usia muda dan melakukan debut tim utama pada 2015. Seiring waktu, Phillips berkembang menjadi gelandang bertahan andalan dengan gaya bermain khas sebagai "deep-lying playmaker". Di bawah asuhan Marcelo Bielsa, perannya semakin menonjol karena mampu mengatur tempo, menjaga keseimbangan, dan menghubungkan lini belakang dengan lini depan. Selama membela Leeds, ia mencatat lebih dari 230 penampilan dengan 14 gol dan 13 assist, serta membantu klub promosi kembali ke Premier League pada 2020 setelah absen 16 tahun.

Pada musim panas 2022, Phillips bergabung dengan Manchester City dengan nilai transfer sekitar £42 juta (setara Rp800 miliar). Kedatangannya diharapkan bisa menjadi pelapis jangka panjang untuk Rodri di lini tengah City. Namun, adaptasinya tidak berjalan mulus karena kerap diganggu cedera dan minim menit bermain. Dalam dua musim pertamanya, ia hanya mencatat 16 penampilan liga tanpa kontribusi gol maupun assist. Meski begitu, Phillips tetap menjadi bagian dari skuad yang meraih treble winners 2022/23, meskipun kontribusinya di lapangan terbatas. Masa baktinya di City masih dianggap belum maksimal, dan masa depannya menjadi sorotan apakah ia mampu menemukan kembali performa terbaiknya seperti saat di Leeds.

6. David White

David White (mancity.com)

David White adalah salah satu produk akademi Manchester City yang muncul di akhir 1980-an dan menjadi bagian penting tim hingga awal 1990-an. Posisinya sebagai winger kanan membuatnya terkenal dengan kecepatan luar biasa serta insting mencetak gol dari sayap, sebuah kualitas yang cukup langka di masanya. White melakukan debut senior tahun 1985 dan selama hampir satu dekade menjadi andalan The Citizens.

Dalam catatan liga, ia membukukan sekitar 286 penampilan dan 79 gol untuk City, menjadikannya salah satu pencetak gol terbanyak klub pada periode transisi pra-Premier League. Bahkan, ia juga tercatat sebagai pencetak gol pertama Manchester City di era Premier League (1992). Kemampuan White untuk menusuk dari sisi kanan serta finishing klinis membuatnya sering diandalkan meski City berada dalam periode inkonsistensi performa.

Pada Desember 1993, White pindah ke Leeds United dalam sebuah transfer yang saat itu melibatkan juga pemain Rod Wallace ke arah sebaliknya. Di Leeds, ia diharapkan memberi tambahan kualitas serangan di sisi sayap dan pengalaman dari masa panjangnya di City. White mencatat 33 penampilan liga dan 6 gol selama dua musim, namun kontribusinya agak terhambat oleh cedera dan ketatnya persaingan di lini depan.

Meskipun tidak sebersinar masa keemasannya di Manchester City, keberadaan White di Leeds tetap memberi warna karena ia adalah tipikal winger klasik: cepat, rajin menusuk ke dalam, dan sering memberikan crossing berbahaya. Kariernya di Elland Road menambah catatan bahwa ia pernah memperkuat dua klub besar Inggris yang memiliki basis suporter fanatik.

7. Fabian Delph

Fabian Delph (mancity.com)

Fabian Delph adalah produk akademi Leeds United yang melakukan debut tim utama pada 2006 saat masih remaja. Ia dikenal sebagai gelandang dengan kemampuan box-to-box, memiliki stamina tinggi, dan piawai mengontrol lini tengah. Musim 2008/09 menjadi titik baliknya, ketika ia tampil impresif di League One dengan catatan 45 penampilan dan 6 gol, sehingga menarik perhatian banyak klub Premier League. Penampilannya membuatnya diganjar penghargaan Young Player of the Year versi Football League 2009. Meski Leeds gagal promosi, Delph dianggap sebagai salah satu talenta muda terbaik yang lahir dari akademi mereka pada era modern.

Setelah sempat bersinar di Aston Villa, Delph bergabung dengan Manchester City pada 2015 dengan nilai transfer sekitar 8 juta euro atau setara Rp160 miliar. Di bawah asuhan Pep Guardiola, Delph mengalami transformasi besar dengan diposisikan sebagai bek kiri meski posisi aslinya adalah gelandang tengah. Adaptasi ini terbukti sukses, terutama pada musim 2017/18 ketika ia menjadi bagian penting dari skuad yang meraih gelar Premier League dengan rekor 100 poin. Selama empat musim di City, Delph mencatat 57 penampilan liga dengan 1 gol dan 2 assist, serta ikut menyumbang 2 gelar Premier League, 1 Piala FA, dan 3 Piala Liga. Meski bukan pemain inti reguler, ia dikenal sebagai sosok yang selalu siap berkontribusi ketika dibutuhkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team