Liverpool, yang pada 2024/2025 dikenal kokoh, kini kehilangan kestabilannya. Dari 10 laga awal 2025/2026, mereka hanya mampu mencatat 2 clean sheet. Padahal, pada periode yang sama musim lalu, angka itu mencapai enam. Masalah paling jelas terlihat di lini belakang, terutama pada performa Ibrahima Konate yang inkonsisten. Kritik kemudian muncul usai penampilannya yang begitu payah ketika melawan Crystal Palace. Ia kalah duel, salah passing, hingga membuat keputusan buruk.
Giovanni Leoni yang harus menepi panjang karena anterior cruciate ligament (ACL) makin memperburuk situasi. Liverpool kini bergantung penuh kepada Virgil van Dijk, sementara opsi lain hanya menyisakan Joe Gomez yang juga rawan cedera. Keadaan ini membuat keseimbangan pertahanan mudah goyah dan lawan kerap menemukan celah melalui serangan balik cepat maupun set-piece. Crystal Palace mencetak dua gol dari bola mati, sedangkan Galatasaray memanfaatkan kesalahan Dominik Szoboszlai untuk mendapat penalti yang menjadi penentu kemenangan.
Selain itu, pergantian komposisi bek sayap turut memengaruhi stabilitas. Milos Kerkez yang diproyeksikan sebagai suksesor Andrew Robertson masih kesulitan beradaptasi. Sementara, di sisi kanan, kepergian Trent Alexander-Arnold yang kerap menyuplai umpan kunci mulai terasa bagi serangan tim, terutama terhadap Mohamed Salah. Posisi tersebut kini diisi Conor Bradley dan Jeremie Frimpong, tetapi keduanya belum mampu memberikan rasa aman di bagi pertahanan tim.
Kelemahan di sektor full-back tersebut makin menunjukkan celah besar di lini belakang. Kondisi tersebut membuat pertahanan Liverpool kerap terekspos, terutama saat menghadapi tekanan intens dari lawan. Tidak heran dua kekalahan beruntun menjadi bukti nyata kelemahan ini merupakan masalah utama yang harus segera diselesaikan.