Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
the-afc.com

Layakkah Uni Emirat Arab menyandang status tim kuda hitam? Jika menilik catatan beberapa tahun ke belakang, rasanya label tersebut malah terkesan merendahkan. Ingat, mereka adalah juara tiga Piala Asia 2015 plus menyabet medali perunggu cabor sepak bola Asian Games 2018. Tak lupa predikat runner-up Piala Teluk 2017. Ada reputasi yang perlahan-lahan mulai dibangun.

Nah, beda cerita jika menyinggung Qatar. Merekalah para perusak dominasi sesungguhnya. Berturut-turut tim kuat seperti Arab Saudi, Irak hingga Korea Selatan tumbang tak berdaya. Capaian semifinal, yang pertama kali sejak ikut serta pada 1980, seolah jadi bukti sahih kemampuan skuat kombinasi tua-muda asuhan Felix Sanchez. Trofi juara bukan mimpi di siang bolong.

1. Skuat Qatar disebut sudah lihai mengatasi tekan

the-afc.com

Saat tekanan kian berlipat, si pemberi kejutan justru merasa adem-adem saja. Seperti dituturkan oleh sang pelatih yakni Feliz Sanchez, pada jumpa pers Senin (28/1/2019) kemarin, seluruh skuat Qatar sudah dianggap lihai menyiasati masalah mental. Yang lebih penting kini adalah faktor kepercayaan diri.

"Semua rintangan telah teratasi. Tentu saja ada tekanan tambahan karena ini semifinal, tapi saya pikir kita masih percaya diri. Laga ini punya arti penting bagi kami, ada pula rasa antusias tersendiri. Semoga kami bermain baik seperti biasa dan melanjutkan perjalanan lebih jauh," tandas pelatih asal Spanyol tersebut seperti dilansir laman the-afc.com.

Lebih jauh, sosok yang sempat berkutat di Aspire Academy ini ternyata enggan ambil pusing dengan absennya dua pilar penting yakni palang pintu Bassam Al-Rawi serta gelandang Abdulaziz Hatem. Dengan kualitas skuat The Maroons yang merata, bek kiri Abdelkarim Hassan dan jangkar muda Assim Madibo dianggap siap menjadi starter pasca jalani skorsing akumulasi kartu.

2. Alberto Zaccheroni, pelatih Uni Emirat Arab: "Kami tengah berkembang."

Editorial Team

Tonton lebih seru di