Piala Dunia yang Masih Sekadar Mimpi Bagi Indonesia!

Jakarta, IDN Times - Main di Piala Dunia tentu jadi impian semua negara, tak terkecuali Indonesia. Lewat apa pun jalurnya, entah itu kualifikasi atau jadi tuan rumah, mentas di ajang akbar itu jadi puncak pencapaian sebuah tim nasional.
Indonesia punya kesempatan untuk mewujudkan main di Piala Dunia dalam beberapa kesempatan. Setelah lewat Hindia Belanda pada Piala Dunia 1938 silam, Indonesia sempat masuk babak kedua Kualifikasi Piala Dunia 1986. Namun, mereka kalah dari Korea Selatan kala itu.
Pada 2019 ini, Indonesia membuka peluang lagi untuk mentas di Piala Dunia, kendati hanya di usia 20. Lewat sebuah proses bidding yang ketat, Indonesia akhirnya dipilih oleh FIFA menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
Awalnya akan dihelat pada 2021, tetapi akhirnya Piala Dunia U-20 ini dihelat pada 2023, buntut pandemik COVID-19. Sialnya, kesempatan itu harus sirna.
1. FIFA coret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023
Kabar buruk itu datang pada Rabu, 29 Maret 2023 malam WIB. Lewat pernyataan resminya, FIFA mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.
"FIFA sudah memutuskan, setelah Presiden Gianni Infantino berdiskusi dengan Ketua Umum PSSI Erick Thohir, untuk membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023," tulis FIFA.
Dalam pernyataan resmi itu, FIFA menyebut keadaan terkini yang kurang kondusif jadi salah satu alasan untuk mencoret Indonesia jadi tuan rumah. Kendati begitu, mereka mengaku tetap siap untuk membantu Indonesia.
Bantuan itu dalam rangka mendukung transformasi sepak bola Indonesia pasca tragedi Kanjuruhan pada Oktober 2022. Terkait tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, FIFA akan segera menentukan siapa penggantinya.
"Terlepas dari keputusan ini, tentu juga dengan adanya koordinasi bersama Presiden Joko 'Jokowi' Widodo, kami siap membantu Indonesia dalam rangka transformasi sepak bola di negara mereka," tulis FIFA.
Pupus sudah mimpi Indonesia mentas di Piala Dunia, yang sudah dibangun lewat proses bidding pada 2019 silam. Tetap jauh juga Piala Dunia dari tanah Indonesia.
2. Kekecewaan Shin Tae Yong dan para pemain Timnas U-20
Buntut dari gagalnya Indonesia mentas di Piala Dunia U-20 ini, ada beberapa pihak yang kecewa. Salah satunya adalah Shin Tae Yong, sang pelatih. Bagaimana tidak, persiapan yang dia lakukan sejak 2020 menguap begitu saja.
"Saya sangat kecewa, sakit hati. Saya memahami bagaimana para pemain bekerja keras, berkembang selama tiga tahun setengah untuk menyiapkan turnamen ini," ujar Shin di Hotel Sultan, Jakarta pada Kamis, 30 Maret 2023.
Hal serupa juga dikatakan oleh Hokky Caraka. Penggawa Timnas U-20 Indonesia ini aktif menggemakan rasa kesalnya di media sosial, soal pembatalan Piala Dunia U-20 2023 ini. Dia berujar, main di Piala Dunia itu hal langka.
"Tentu ini mematahkan mimpi para pemain. Bukan cuma dari Indonesia, pemain yang berlaga di Liga Inggris atau mana pun itu, cita-citanya pasti bela negara di Piala Dunia," ujar Hokky.
3. Indonesia rugi nyaris Rp1 triliun
Selain rasa sakit hati dan kesal dari para pemain dan pelatih, ada juga kerugian materil yang dialami Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, Indonesia sudah mengalami kerugian nyaris Rp1 triliun.
Pada Juni 2022, Kemenpora sudah minta anggaran kepada pemerintah pusat sebesar Rp500 miliar. Itu diperuntukkan sebagai dana penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023 yang rencananya digelar di Jakarta, Palembang, Surabaya, Bandung, Solo, dan Bali.
Sementara itu, dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR), dana untuk merenovasi stadion sebenarnya mencapai Rp489 miliar.
Dana yang besar ini dikeluarkan demi merenovasi stadion utama dan lapangan latihan pendukung yang menjadi syarat dari FIFA.
Dari dua komposisi itu, sudah terlihat kalau dana sebesar Rp989 miliar dikeluarkan demi kepentingan renovasi dan penyelenggaraan.
4. Semua karena Israel?
Banyak yang menyebut, awal petaka dari gagalnya Piala Dunia U-20 2023 ini adalah karena munculnya penolakan terhadap Israel. Memang, banyak pihak yang menolak jika Israel kelak main di Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia.
Beberapa ormas, macam Persaudaraan Alumni (PA) 212, menolak dengan tegas hadirnya Israel di Indonesia. Namun, penolakan paling kentara dipertontonkan oleh dua gubernur, yakni I Wayan Koster (Bali) dan Ganjar Pranowo (Jawa Tengah).
"Kami mohon agar Bapak Menteri mengambil kebijakan untuk melarang tim dari Israel ikut bertanding di Provinsi Bali. Kami, Pemerintah Provinsi Bali, menyatakan menolak keikutsertaan tim dari negara Israel untuk bertanding di Provinsi Bali," tulis surat yang dibuat Koster.
"Itu kan keputusan politik luar negeri kita ya (soal Israel), jadi apa namanya, tinggal dilakukan lobi-lobi saja dan saya percaya PSSI bila melakukan itu," ujar Ganjar.
Penolakan ini jadi awal petaka, karena tidak lama setelah munculnya penolakan ini, drawing Piala Dunia U-20 2023 di Bali pun dibatalkan. Namun, apa karena itu saja Piala Dunia U-20 akhirnya batal di Indonesia?
5. Masalah infrastruktur dan pelanggaran kontrak
Selepas pulang dari Doha usai bertemu Presiden FIFA, Gianni Infantino, Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI akhirnya menjabarkan alasan-alasan kenapa FIFA mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.
Selain memang isu soal Israel yang memengaruhi situasi keamanan di Indonesia, rupanya ada sederet hal lain yang membuat FIFA akhirnya mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.
Alasan pertama adalah adanya pelanggaran kontrak. Ini dilakukan oleh Ganjar dan Wayan Koster. Sebab, Bali dan Jawa Tengah jadi salah satu venue Piala Dunia U-20 2023.
"Dan di dalam host contract sebagai negara dan host city kontrak yang ditanda tangan, itu kita menjamin keamanan salah satunya, nah tentu ini menjadi pertimbangan FIFA," ujar Erick.
Selain masalah pihak yang berbalik badan, infrastruktur juga ternyata jadi sorotan FIFA. Dalam rentang waktu 21 hingga 27 Maret 2023, FIFA sudah mengunjungi enam stadion yang disiapkan Indonesia.
Dari kunjungan itu, Erick mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerjaan rumah soal infrastruktur. Hal itu juga yang pada akhirnya berpengaruh terhadap keputusan FIFA mencoret Indonesia.
"Kenapa juga FIFA mengecek lapangan yang enam dipakai ini sesuai standar atau tidak, karena itu jadi security and safety sangat penting, dan sebagai host country juga penting, tidak hanya dalam liga-liga kita, isunya sama, bagaiaman suporter bisa pulang ke rumah," ujar Erick.
Hal ini seolah mengamini ucapan Presiden Joko 'Jokowi' Widodo, bahwa banyak stadion di Indonesia yang rusak dan perlu direnovasi. Ada 22 stadion yang sudah diaudit oleh Kemen PUPR.
Dari hasil audit dan evaluasi Kemen PUPR tersebut, Jokowi menjelaskan, terdapat lima stadion yang dinilai rusak berat. Rinciannya, empat stadion perlu direhabilitasi dan sisa satu stadion lain perlu dibongkar.
“Kemudian 13 stadion rusak sedang perlu direnovasi, dan empat stadion rusak ringan perlu direnovasi ringan,” ujar Jokowi.
6. Tragedi Kanjuruhan yang turunkan nilai Indonesia
Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Brawijaya (UB), Mahendra Yustika Citra, berkata bahwa nilai tawar Indonesia di mata FIFA turun selepas tragedi Kanjuruhan. Dia berkata, penolakan Israel hanya sekadar jadi pemicu.
"Penolakan Timnas Israel hanya jadi trigger dibatalkannya status tuan rumah Indonesia. Tapi yang jadi atensi FIFA dalam surat resminya adalah tata kelola sepak bola Indonesia. Sehingga Tragedi Kanjuruhan menjadikan posisi tawar FIFA lebih tinggi untuk menekan Indonesia," ujar Mahendra.
Mahendra menjelaskan kalau Tragedi Kanjuruhan sejak awal menjadi perhatian internasional. Tapi penyelesaian hukuman justru asal-asalan, sehingga proses sidang Tragedi Kanjuruhan yang janggal pasti juga dilihat dunia internasional.
"Saya lihat Indonesia tidak bisa berkelit lagi, melihat proses hukum Tragedi Kanjuruhan masih berjalan yang disaksikan dunia. Kemudian ditambah momennya Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia tahun 2019 lalu kepala daerah terpilih di 2020," bebernya.
7. Apa yang harus dilakukan setelah kegagalan ini?
Sekarang, nasi sudah menjadi bubur. FIFA tengah mencari tuan rumah baru untuk Piala Dunia U-20 2023, dan Argentina jadi kandidat kuat. Timnas U-20 juga sudah dipastikan tak akan bisa ikut, apalagi jika Argentina resmi jadi tuan rumah.
Pengamat sepak bola M. Kusnaeni berkata, batalnya Piala Dunia U-20 2023 ini harus jadi pelajaran bagi Indonesia. Banyak yang harus dibenahi Indonesia sebelum maju ke panggung dunia.
"Kita perlu banyak berbenah di dalam sebelum berniat melangkah maju ke panggung yang lebih besar, panggung dunia. Kita juga perlu lebih berhati-hati dalam membuat komitmen. Jangan terlalu mudah berkomitmen jika kemudian kita tak sanggup mematuhinya," ujar Kusnaeni kepada IDN Times.
Selain itu, Kusnaeni juga berharap, dukungan pemerintah terhadap transformasi sepak bola Indonesia tidak mengendur akibat insiden ini. Sebab, dukungan pemerintah tetap dibutuhkan untuk membawa sepak bola Indonesia maju.
"Tanpa dukungan dan peran negara, rasanya masih sangat sulit mengharap sepak bola Indonesia mampu membuat kemajuan yang signifikan," ujar Kusnaeni.
Ya, ternyata, Piala Dunia memang masih jauh dari Indonesia. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi.