Stadion Kanjuruhan masih dipenuhi peziarah yang datang untuk berdoa di hari kelima pasca kejadian. (IDN Times/Gilang Pandutanaya)
Salah seorang suporter yang tak mau disebutkan namanya berujar kepada "IDN Times", bahwa pada kisaran menit 93, pintu stadion memang terbuka. Ketika itu, dia menonton dari tribune selatan, pintu 10. Pada menit tersebut, dia turun ke bawah mencari makan dengan temannya. Pintu terbuka.
"Jadi mas, waktu itu sebenarnya pintu 10 terbuka, pas menit 93. Saya turun sama teman saya untuk cari makan. Saya juga lihat ada beberapa petugas yang jaga di situ, ada steward dan polisi juga," ujar sumber tersebut.
Anehnya, saat dia akan kembali ke tribune pada menit 97, pintu justru tertutup. Alhasil, dia tak bisa masuk dan tetap berkontak dengan rekan-rekannya yang lain yang masih berada di tribune. Dari situlah, dia mendengar tembakan dan memutuskan tidak masuk lagi ke tribune.
"Saya langsung keluar, mas. Saya ke mobil saya, dan bantu-bantu evakuasi, termasuk evakuasi teman-teman saya. Sempat rame itu di luar, tapi Alhamdulillah saya dan teman-teman selamat," ujar sosok tersebut.
Kesaksian sosok ini diperkuat oleh kesaksian suporter lain yang didapatkan manajer Arema, Ali Rifki. Menurut Ali, ketika dia berkunjung ke salah satu rumah duka Aremania, dia diberitahu bahwa pintu stadion masih terbuka sampai menit 85.
"Jadi saya tadi berkunjung ke rumah duka, yang meninggal itu adiknya. Dia ini menonton bersama dua adiknya, satu di VIP, yang adiknya lagi nonton di Curva Sud itu, dan kakaknya ini karena ga dapat tiket belum masuk. Sampe menit ke-85 baru dapat tiket. Dia bilang ke saya tadi pintu stadion masih terbuka. Tapi pas kejadian pintu tertutup," ujar Ali.