Jakarta, IDN Times - "Langkah pertama mencapai kesuksesan adalah saat memutuskan, Anda tak cuma tinggal di satu tempat," begitu kata John 'JP' Pierpont Morgan. Serangkai kalimat mutiara yang cocok menggambarkan perhelatan Piala Menpora 2021.
Digelar sejak 21 Maret hingga 25 April 2021, Piala Menpora menjadi sebuah start baru dalam industri sepakbola Indonesia di masa pandemik COVID-19. Ya, sepak bola memang tak lagi sama setelah COVID-19 menyerang Indonesia dan seluruh dunia.
Segalanya jadi serba susah dan harus memikirkan perkara protokol kesehatan. Seluruh pihak ditantang buat mencari metode yang pas menggelar kompetisi profesional lagi.
Terlebih, kondisi di Indonesia ketika COVID-19 melanda pada kuartal pertama 2020 silam, begitu mencekam. Kasus positif meledak dengan mudahnya dan membuat seluruh pihak waspada.
Situasi terus memburuk hingga akhirnya pada Maret 2020, kompetisi Liga 1 diputuskan untuk dihentikan sementara.
Berbagai upaya sudah dilakukan PSSI dan PT Liga Indonesia Baru agar kompetisi kembali digelar. Namun, pemerintah urung memberikan lampu hijau, meski sejumlah penyesuaian seperti opsi menggelar laga tanpa penonton diajukan.
Jadi makin sulit, karena ada instruksi khusus dari Presiden Joko Widodo pada November 2020, agar seluruh pihak menahan diri menggelar segala kegiatan demi meminimalisir potensi kerumunan. Sebab, keselamatan masyarakat merupakan hukum tertinggi.
"Pada masa pandemi, telah kami putuskan pembatasan sosial termasuk di dalamnya pembubaran kerumunan. Karena, saya ingin menegaskan, keselamatan masyarakat adalah hukum tertinggi," kata Jokowi kala itu.
Pernyataan yang makin bikin susah buat elemen sepak bola nasional melanjutkan kembali kompetisi. Meski sudah berupaya keras untuk menggelar lagi kompetisi Liga 1 dan 2, pada akhirnya usaha itu sia-sia. Pemerintah tak berikan restu juga.
Hingga akhirnya, muncul keputusan Liga 1 dan 2 musim 2020 dihentikan total pada pertengahan Januari 2021 lalu. Statusnya batal karena situasi force majeure. Tindakan yang harus diambil, karena PSSI serta operator PT Liga Indonesia Baru harus menyelamatkan klub pula.
Ya, di tengah tak jelasnya kompetisi, klub juga harus menggaji pemain pula. Meski PSSI sudah menyetujui adanya pemotongan gaji, tetap saja setiap klub harus negosiasi dengan pemainnya soal argo yang terus berjalan. Maka, keputusan strategis macam menghentikan kompetisi, jadi yang paling ditunggu.
Sejak keputusan menghentikan kompetisi musim 2020, PSSI dan LIB berusaha keras untuk menggulirkan kembali kompetisi. Namun, upaya mereka berkali-kali gagal.