Pada Rabu (5/11/2025) kemarin, Tottenham Hotspur Stadium menjadi saksi lahirnya salah satu gol paling fenomenal dalam sejarah Liga Champions. Van de Ven berlari sejauh 67,7 meter dari kotak penalti sendiri sebelum menaklukkan kiper Copenhagen dengan penyelesaian klinis. Opta Analyst mencatat, aksi itu sebagai dribel terpanjang yang menghasilkan gol dalam sejarah Liga Champions. Dalam 10 detik dan 10 sentuhan bola, ia melintasi panjang lapangan, menggabungkan kekuatan, kecepatan, dan keseimbangan sempurna.
Kecepatan itu bukan kebetulan. Pada 2024, Van de Ven mencatat rekor sprint tercepat di English Premier League (EPL) dengan 37,1 kilometer per jam. Angka itu menempatkannya sejajar dengan para penyerang elite, bukan bek tengah. Thomas Frank, manajer Spurs, bahkan menyebutnya seperti Lionel Messi yang berubah menjadi bek tengah, sebuah pernyataan yang menangkap esensi gaya bermain dengan naluri menyerang. Keberanian membawa bola ke depan tidak hanya membongkar tekanan lawan, tetapi juga menciptakan kelebihan jumlah di lini tengah, yang memungkinkan Spurs bertahan tinggi tanpa kehilangan keseimbangan.
Gol itu menjadi pendekatan baru dalam peran bek tengah. Dalam situasi normal, pemain lain mungkin akan memilih umpan aman ke kiri menuju Destiny Udogie. Namun, Van de Ven memilih untuk berlari, menembus lima pemain Copenhagen yang mencoba menghentikannya. Ia mengubah situasi defensif menjadi peluang menyerang tunggalyang menuntut kepercayaan diri, pemahaman taktis, dan ketenangan luar biasa. Bahkan setelah 80 meter berlari penuh, ia tetap cukup tenang untuk menempatkan bola di sisi tiang dekat.
Publik dan media pun terpana. Ini mengingatkan publik dengan gol Son Heung Min melawan Burnley yang dianugerahi Puskas Award 2020. Van de Ven sebelumnya mencatat 2 dari 5 assist carries terpanjang di Premier League 2024, masing-masing sejauh 60,4 dan 56,1 meter. Ini membuktikan, ia bukan hanya pemain bertahan yang cepat, melainkan juga bek yang memahami bagaimana kecepatan dapat digunakan sebagai alat kreatif.