Berbicara sejarah Stadion Utama Gelora Bung Karno, tak lengkap bila tak berbicara dari sektor kapasitas penonton atau kursi di dalamnya. Kapasitas asli stadion legendaris Indonesia ini awalnya adalah 110.000 orang.
Jumlah itu kemudian berkurang menjadi 88.083. Sebab, ada renovasi untuk Piala Asia 2007. Kala itu Indonesia ditunjuk AFC jadi tuan rumah.
Setelahnya, kapasitas penonton SUGBK kembali menyusut usai bebenah untuk mempersiapkan diri menyambut Asian Games 2018. Kala itu, stadion megah ini direnovasi agar memenuhi kriteria sesuai standar Dewan Olimpiade Asia.
Semua bangku panjang kayu dibuang dan diganti kursi tunggal, sehingga membuatnya menjadi stadion all-seater laiknya kebanyakan stadion-stadion megah di Eropa pada umumnya.
Sistem pencahayaannya juga ditingkatkan dari 1200 lux menjadi 3500 lux. Lalu di atap stadion, ada 1.293 panel surya terpasang. Saat ini, kapasitas resmi Stadion Utama Gelora Bung Karno adalah 77.193 penonton.
Secara rinci, Stadion Utama Gelora Bung Karno terbagi menjadi 24 sektor dan 12 pintu masuk, dari tribun atas dan bawah. Salah satu ciri khas menarik dari stadion ini adalah konstruksi atap baja besar yang membentuk cincin raksasa yang disebut "temu gelang", sesuatu yang sangat langka ketika pertama kali itu diperkenalkan ke publik pada tahun 1962.
Selain untuk menaungi para penonton di semua sektor dari panasnya sengatan sinar matahari, tujuan dari konstruksi cincin raksasa ini juga untuk menonjolkan keagungan stadion.
Sampai saat ini, sejarah Stadion Utama Gelora Bung Karno masih terpatri kuat di benak masyarakat Indonesia. Apalagi, SUGBK merupakan markas kebanggaan Timnas Indonesia dan jadi salah satu aset negara termahal yang dimiliki Pemerintah Indonesia.