potret Enzo Maresca (twitter.com/LCFC)
Setelah terdegradasi dari Premier League dan ditinggal para pemainnya, Leicester City melakukan perombakan tim besar-besaran agar lebih kompetitif. Di tengah gelombang kepergian para pemain, Jamie Vardy menjadi satu-satunya pemain senior yang tetap menunjukkan loyalitasnya kepada Leicester City. Penyerang tajam ini memilih untuk bertahan dan membantu timnya bangkit dari keterpurukan.
Untuk membangun tim yang baru, Leicester City menunjuk Enzo Maresca sebagai pelatih baru. Pelatih asal Italia ini bukanlah orang sembarangan. Ia merupakan mantan asisten pelatih Pep Guardiola di Manchester City. Sebelum itu, dirinya juga pernah menjabat sebagai pelatih Elite Development Squad (EDS) yang merupakan skuad U-23 Manchester City. Di sana, ia berhasil mengantarkan talenta-talenta muda, seperti Phil Foden, Cole Palmer, dan Rico Lewis ke tim utama Manchester City.
Kemampuannya dalam melahirkan talenta muda juga berperan penting dalam merekrut pemain-pemain baru, salah satunya Mads Hermansen yang didatangkan dari klub Denmark, Brondby IF. Kiper berkebangsaan Denmark ini menjadi pemain fundamental bagi Maresca. Dilansir laman resmi Premier League, tidak ada kiper lain di Championship yang melakukan lebih banyak operan dibandingkan dirinya. Selain itu, kiper asal Denmark ini menempati peringkat kedua untuk jumlah kebobolan per pertandingan (0,91 gol) dan peringkat ketiga untuk persentase penyelamatan (74,3 persen).
Selain Hermansen, Maresca juga sukses menyulap Jannik Vestergaard yang tak pernah diturunkan sekalipun pada 2022/2023 menjadi bek tangguh. Ia nyaris tak tergantikan dan telah tampil sebagai starter di semua pertandingan liga kecuali empat pertandingan musim ini. Selain itu, dirinya menjadi pemain dengan sentuhan bola terbanyak di antara semua pemain di Championship.
Setelah terdegradasi dari Premier League dan ditinggal para pemain pilarnya, Leicester City berhasil kembali ke kasta tertinggi liga Inggris dengan wajah baru. Kita tunggu saja bagaimana kiprah The Foxes pada musim depan. Apakah mereka mampu mengulang kejutan seperti pada 2015/2016 atau justru terjebak kembali di papan tengah klasemen? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.