Carlos Baleba merepresentasikan gelandang box-to-box dengan kapasitas fisik dan defensif menonjol. Ia memiliki kemampuan menjangkau area luas sehingga dapat menutup ruang besar yang muncul saat wing-back naik mendukung serangan. Dalam sistem Ruben Amorim, karakter ini penting untuk mengurangi risiko serangan balik langsung ke area bek tengah.
Keunggulan Baleba terletak pada intensitas dan keberaniannya dalam duel, yang sangat relevan dengan tuntutan English Premier League (EPL) yang menuntut transisi cepat. Namun, kekurangannya muncul pada konsistensi build-up dan kecenderungan meninggalkan posisi ketika melakukan pressing. Dalam struktur posisi yang ketat, kesalahan ini berpotensi membuka jalur progresi lawan jika tidak ditopang pasangan pivot yang disiplin.
Adam Wharton menawarkan profil yang berbeda dengan fokus pada distribusi dan pengatur tempo. Ia memiliki ketenangan saat menerima bola di bawah tekanan dan mengalirkannya secara progresif melalui jalur tengah. Karakter ini menjadikannya opsi ideal ketika MU perlu membongkar blok rendah dan menjaga sirkulasi bola.
Dalam kerangka Amorim, Wharton lebih cocok digunakan sebagai bagian dari fase “Plan B” ketika tim membutuhkan kontrol permainan. Tantangan utamanya terletak pada tuntutan fisik dan duel yang tinggi, terutama dalam transisi bertahan cepat. Tanpa dukungan rekan pivot yang agresif, stabilitas defensif bisa menjadi titik lemah.
Elliot Anderson hadir sebagai profil hibrida yang menggabungkan ball-carrying, agresivitas tanpa bola, dan fleksibilitas posisi. Ia mampu membawa bola melewati fase tekanan sekaligus aktif dalam melakukan pressing. Karakter ini sejalan dengan pendekatan permainan transisional yang sering diterapkan dalam skema Amorim.
Nilai lebih Anderson terletak pada kemampuannya menjadi penghubung antara fase bertahan dan menyerang. Ia dapat membantu melepas tekanan awal lalu mendorong progresi menuju sepertiga akhir. Akan tetapi, efektivitasnya sangat bergantung pada struktur kolektif dan kestabilan rekan di sekelilingnya.