Tomas Rosicky (kiri) dan pemain muda jebolan akademi Sparta Praha, Roman Mokrovics. (instagram.com/acsparta_cz)
Ternyata selama periode itu, terjadi beberapa perubahan dalam manajemen Sparta Praha. Kepemilikan klub beralih ke pebisnis energi, Daniel Kretinsky yang juga punya saham di beberapa perusahaan besar (mulai dari surat kabar Prancis Le Monde, toko ritel Jerman Metro AG, hingga klub sepak bola Inggris West Ham United). Dilansir salah satu liputan The Athletic, Kretinsky kabarnya menggunakan pendekatan manajemen mikro yang menjelaskan mengapa Sparta sampai harus berganti pelatih hingga puluhan kali selama masa kepemimpinannya.
Pada 2018, kurang lebih setahun setelah mengumumkan pensiun dari karier profesionalnya, Tomas Rosicky direkrut sebagai Sporting Director Sparta Praha. Merujuk wawancaranya dengan The Athletic, Rosicky menemukan banyak mismanajemen di klub itu. Salah satunya kecenderungan mereka merekrut pemain-pemain berpengalaman untuk dapat hasil instan. Nyatanya yang terjadi justru ketimpangan pendapatan dan ketidakharmonisan di ruang ganti karena jarak yang terlalu jauh antara pemain senior dengan pemain muda lulusan akademi.
Rosicky kemudian berinisiatif untuk mengganti pola rekrutmen tersebut dan menaruh kepercayaan pada pemain-pemain homegrown. Seperti kita tahu, Sparta Praha punya akademi yang solid. Rosicky adalah salah satu alumnusnya, begitu pula dengan Patrik Schick, Ladislav Krejčí, Pavel Kadeřábek, dan Adam Hložek. Pendekatan Rosicky memang tak menampakkan hasil instan, tetapi akhirnya terjawab beberapa tahun kemudian lewat kelolosan mereka ke UCL 2024/2025.