potret pemain Spartak Moscow (witter.com/fcsm_eng)
Keterlibatan Promkooperatsiia menjadi spesial mengingat saat itu semua klub sepak bola Rusia, terutama di Moskow, terafilisasi dengan kalangan elite. Sebut saja CSKA yang dimiliki tentara, Dynamo yang berafiliasi dengan NKVD atau polisi, dan Lokomotiv yang didanai perusahaan rel kereta api milik negara.
Meski begitu, dukungan pemerintah masih ada. Dalam disertasinya berjudul Selling the People's Game: Football's Transition from Communism to Capitalism in the Soviet Union and Its Successor State, Karl Manuel Veth menuliskan bahwa Spartak didukung secara finansial oleh dewan kota Moskow dan perwakilan Partai Komunis di level kota Moskow.
Robert Edelman dalam bukunya Spartak Moscow: A History of the People's Team in the Workers' State menjabarkan bagaimana Spartak menjelma sebagai klub semikapitalis pertama di tengah ekosistem komunis di Rusia. Saat Uni Soviet pecah dan Rusia sadar akan pentingnya privatisasi dalam sepak bola, Spartak masih bisa mengandalkan penjualan tiket dan merchandise.
Konsistensi Spartak untuk tidak bergantung sepenuhnya kepada pemerintah bahkan terlihat hingga kini. Sponsor utama mereka, seperti Lukoil, Nissan, dan Otkrytie Bank merupakan perusahaan privat yang tidak terafilisasi dengan pemerintah Rusia. Bertolak belakang dengan Dynamo yang pendanaannya bertumpu pada VTB, bank milik pemerintah. CSKA yang disponsori Aeroflot, maskapai penerbangan milik negara. Lokomotif yang dimiliki perusahaan rel kereta api pemerintah. Pun Zenit Saint Petersburg yang sejak 2005 dibeli kepemilikannya oleh Gazprom, perusahaan gas yang separuh sahamnya dipegang negara.