mural Diego Maradona di Napoli (instagram.com/officialsscnapoli)
Prestasi mereka mulai stabil pada 1970-an ke atas. Ditambah dengan kehadiran Diego Maradona yang mereka boyong dari Barcelona. Melansir liputan Goal, Maradona seakan ditakdirkan untuk bermain di klub-klub yang merepresentasikan kelas pekerja. Ia memulai kariernya di klub Argentina Boca Juniors yang juga digandrungi para pekerja kelas menengah bawah.
Sempat bermain di Barcelona, ia menjadi korban pendukung rasis yang menjulukinya sudaca, cemooh untuk orang-orang Amerika Selatan yang berkulit gelap. Di Napoli, sang bintang menemukan rumah barunya. Sama dengan Boca Juniors, SSC Napoli bermarkas di kota yang identik dengan pekerja kelas bawah, kemiskinan, dan geng kriminal.
Maradona menjelma menjadi bintang untuk Napoli yang membawa klub tersebut ke masa keemasan. Sebelum Maradona datang, Napoli belum pernah meraih scudetto atau juara Serie A. Bahkan, beberapa kali terancam terdegradasi. Kehadirannya langsung membawa angin segar untuk fans. Selama 1980-an, SSC Napoli berhasil meraih 2 scudetto, 1 Piala UEFA, dan 1 Piala Italia.
Tahun 1987 adalah tahun krusial yang tak akan pernah dilupakan pendukung setia mereka. Untuk pertama kalinya, tim kebanggaan Napoli tersebut berhasil merebut scudetto. Melansir The Guardian, penggemar fanatik atau ultras SSC Napoli berhamburan di jalanan dan melakukan berbagai ritual perayaan.
Mereka membuat parade pemakaman untuk menyindir Juventus hingga ritual penghormatan untuk sang pahlawan, Maradona. Hingga kini, Maradona masih dianggap dewa oleh rakyat Napoli. Bahkan, nama sang legenda sudah diabadikan untuk nama stadion markas mereka yang dahulunya bernama Stadio San Paolo.