Kekurangan utama Sunderland sebelum masuk 2025/2026 yakni minimnya pengalaman di Premier League. Enam pemain baru dalam skuad hanya mengoleksi 85 penampilan di level tertinggi di liga Inggris, dengan Simon Adingra dan Simon Moore sebagai satu-satunya yang pernah jadi starter reguler. Kehadiran Granit Xhaka, dengan 225 laga Premier League dan 137 caps untuk timnas Swiss, langsung mengangkat level kompetitif skuad secara signifikan.
Tak hanya sebagai sosok veteran, Xhaka juga merupakan jenderal lini tengah yang dikenal sebagai metronom permainan. Dalam musim terakhir di Bundesliga, ia mencatat akurasi umpan lebih dari 90 persen, mencetak 7 assist dari permainan terbuka, dan menjadi salah satu pemain dengan jumlah umpan progresif terbanyak di liga (203 umpan). Dengan kemampuan membaca permainan dan distribusi bola yang presisi, ia akan menjadi tulang punggung transisi permainan Sunderland, baik saat bertahan maupun menyerang.
Namun, tantangan berat juga menanti. Berbeda dengan Arsenal atau Leverkusen yang dominan dalam penguasaan bola, Sunderland hanya mencatatkan rata-rata 48,6 persen penguasaan bola di Divisi Championship 2024/2025. Dalam sistem seperti itu, efektivitas Xhaka akan lebih bergantung kepada adaptasi peran serta fleksibilitas taktik Regis Le Bris.
Selain itu, hadirnya Xhaka bakal memperketat kompetisi di sektor tengah yang sudah padat oleh nama-nama seperti Habib Diarra, Noah Sadiki, Dan Neil, dan Chris Rigg. Komposisi ini berisiko menimbulkan ketidakseimbangan bila pelatih gagal mengatur rotasi dengan bijak. Terlebih, status Xhaka sebagai pemain mahal dan berpengalaman hampir menjamin tempatnya di starting line-up.
Namun jika pelatih mampu mengoptimalkan keberadaan Xhaka, efek domino positif bisa terjadi. Baik dari segi kualitas permainan, kedewasaan ruang ganti, maupun mentalitas bertanding, Xhaka membawa atribut yang belum pernah dimiliki Sunderland dalam 1 dekade terakhir. Ia adalah sosok yang mampu menyelamatkan tim dari lubang degradasi sekaligus panutan bagi pemain muda melewati kerasnya Premier League.
Keputusan Sunderland mendatangkan Granit Xhaka memang sarat risiko, tetapi juga menyimpan potensi besar. Jika dikelola dengan tepat, transfer ini bisa menjadi langkah transformatif yang mengubah wajah klub dalam jangka pendek maupun panjang.