Tak Disebut Jokowi, PSSI Tercantum di Surat FIFA

Jakarta, IDN Times - Pidato Presiden Joko Widodo terkait rencana FIFA datang ke Indonesia dan membentuk Tim Transformasi Sepak Bola Nasional sempat menuai perhatian. Dalam pidato yang dirilis pada Jumat malam (7/1/2022), Jokowi tak menyebut PSSI dan menjadi sorotan warganet.
Meme terkait "Aku diajak nggak?" yang menyindir PSSI dalam keterlibatan Tim Transformasi, terus digoreng warganet. Mereka menilai PSSI sudah mulai dibuang dan tak akan dilibatkan.
Namun, sebenarnya dalam surat FIFA, posisi PSSI justru disorot. Seperti apa?
1. FIFA meminta semua pihak kolaborasi
Dalam pembukaannya, FIFA mengungkapkan rasa duka mendalam. Kemudian, pada paragraf kedua, FIFA menyatakan surat yang ditandatangani Presiden Gianni Infantino tersebut bersifat jawaban dari pemerintah Indonesia dan PSSI.
Kemudian, FIFA menyatakan siap berkolaborasi dengan AFC, pemerintah Indonesia, dan PSSI dalam misi mereformasi sepak bola nasional.
"Merespons permohonan dari pemerintah Indonesia dan PSSI, FIFA memberikan dukungan atas pencegahan tragedi yang sama terulang. Dalam upaya itu, FIFA berkolaborasi dengan AFC, akan bekerja sama dengan otoritas pemerintah Indonesia dan PSSI, untuk merespons kondisi sekarang dan lebih luasnya, membantu reformasi sepak bola Indonesia," begitu bunyi surat FIFA.
2. FIFA tak akan jatuhkan sanksi
Surat itu juga menyatakan kalau FIFA tak akan menjatuhkan sanksi kepada Indonesia. Namun, harus ada kolaborasi antara FIFA, AFC, dan pemerintah Indonesia bersama PSSI, untuk menyelesaikan sejumlah poin yang jadi pokok permasalahan.
Setidaknya, ada lima poin yang disebutkan FIFA, seperti standar keamanan stadion, protokol serta prosedur pengamanan, keterlibatan suporter, jadwal pertandingan, hingga mentoring dan penerapan standar.
3. Pengalaman dari insiden serupa
Memang sempat ada kekhawatiran dari sejumlah pihak akan jatuhnya sanksi FIFA usai tragedi di Kanjuruhan. Namun, mengingat berbagai insiden serupa, FIFA nyatanya tak memberikan sanksi kepada sejumlah negara yang mengalami tragedi tersebut.
Dalam 10 daftar negara dengan tragedi paling buruk, FIFA tak memberikan sanksi kepada mereka. Padahal, dalam salah satu kasus, yakni Mesir, ada keterlibatan pemerintah di dalamnya.
Ketika kerusuhan antar suporter di Port Said Stadium pecah dan menelan 74 korban jiwa, pemerintah Mesir memutuskan untuk membekukan sejumlah pengurus EFA. FIFA sempat merespons karena ini menjadi bentuk invertensi pemerintah Mesir.
Namun, pada akhirnya, FIFA tak menjatuhkan sanksi apa-apa kepada Mesir. FIFA yang dipimpin Sepp Blatter kala itu mengakui kalau situasi di Mesir begitu sulit dan siap memberikan bantuan serta asistensi untuk pulih dari tragedi.3.