Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Oualid El Hajjam dan Nabil Alioui (instagram.com/hac_foot)

Bersama FC Metz, Le Havre jadi tim Ligue 2 Prancis yang naik kasta pada 2023/2024. Seperti tim promosi pada umumnya, menempati posisi papan tengah dan terlepas dari zona relegasi saja sudah lebih dari cukup. Namun, Le Havre melampaui ekspektasi dengan melesat ke posisi tujuh.

Butuh 22 pertandingan lagi untuk menentukan posisi akhir mereka. Namun, performa ini sudah menggelitik untuk diulik. Apa taktik yang dipakai Luka Elsner untuk klub sepak bola tertua di Prancis itu?

1. Luka Elsner masih memakai taktik yang dipakainya untuk menjuarai Ligue 2 2022/2023

Luka Elsner (instagram.com/hac_foot)

Le Havre bukan tipe tim yang menawarkan permainan cantik (slow dan intricate) ala Paris Saint-Germain. Seperti mayoritas klub Prancis di Ligue 1 Prancis saat ini, Le Havre menganut permainan fast dan direct. Luka Elsner juga cukup pragmatis, timnya lebih fokus bertahan ketimbang menguasai bola dan menyerang. 

Ini sudah dilakukannya sejak datang ke klub itu pada 2022/2023 lalu. Total Football Analysis melansir, saat itu, Le Havre jadi tim dengan expected goals against (xGA) dan jumlah kebobolan gol terendah di Ligue 2. Mereka juga tercatat sebagai tim dengan passes allowed per defensive action (PPDA) terendah ketiga, yang berarti saat itu Le Havre sering melakukan counterpressing. Mereka merebut bola di posisi yang membahayakan lawannya.

Namun, fokus bertahan membuat mereka juga jadi tim dengan produktivitas gol rendah. Dari 5 tim yang menempati posisi papan atas Ligue 2 musim itu, Le Havre jadi tim dengan jumlah gol paling sedikit, yakni 46 gol. Selisihnya lumayan bila dibanding Metz, yang meski berada di posisi runner-up, berhasil mencetak 61 gol sepanjang musim itu. 

Pada 2023/2024 ini, Le Havre mengoleksi 12 gol dari 12 pertandingan, yang artinya mereka mencetak rata-rata 1 gol per pertandingan. Tidak bisa dibilang rendah mengingat OGC Nice yang saat ini berada setingkat di bawah pemuncak klasemen sementara hanya mengoleksi 13 gol.

2. Tak lagi menggunakan high-pressing

Mohamed Bayo (instagram.com/hac_foot)

Meski secara garis besar masih menggunakan taktik yang sama dengan musim lalu, pada periode ini, Luka Elsner melakukan sedikit perubahan. Ia tak lagi menggunakan taktik high-pressing. Tim berseragam biru pastel yang musim lalu sering tampil dalam format 4-3-3 itu kini lebih sering menggunakan formasi 3-4-2-1, yang berarti menumpuk lebih banyak pemain tengah.

Mengutip analisa Sebastian Stafford-Bloor di The Athletic, saat tak menguasai bola, Le Havre memadati bagian tengah lapangan untuk menekan dan mencari celah. Ketika akhirnya berhasil mencuri bola, para pemain Le Havre akan melakukan transisi cepat ke area gawang lawan dan menyebar pemainnya ke berbagai arah. Ini agar merepotkan tim lawan yang fokusnya sudah terpecah.

Taktik ini terlihat dari daftar pencetak gol mereka yang justru diisi pemain nonstriker, seperti Nabil Alioui (sayap), Daler Kuzyaev (gelandang), Samuel Grandsir (sayap), Gautier Lloris (bek). Striker murni mereka, Antoine Joujou, justru lebih sering memberi umpan. Baru pada laga tandang lawan Toulouse FC, striker murni Le Havre, Mohamed Bayo, yang saat itu masih mengoleksi 1 gol, mencetak brace dalam 10 menit terakhir pertandingan saat timnya tertinggal 0-1.

3. Menjadi tim terhemat di Ligue 1 2023/2024

Josué Casimir (instagram.com/hac_foot)

Menariknya, semua itu dicapai Le Havre tanpa privilese untuk berfoya-foya belanja pemain. Tidak seperti Metz yang dapat modal setelah menjual beberapa pemain andalan mereka, Georges Mikautadze dan Boubacar Traoré, Le Havre tak dapat pemasukan sama sekali karena melepas para pemainnya sebagai agen bebas. Pada bursa transfer musim panas 2023, Le Havre hanya menggelontorkan dana 3 juta euro (Rp50 miliar) untuk gelandang Rassoul Ndiaye serta dua pemain sayap, Emanuel Sabbi dan Issa Soumare. Sisanya datang sebagai agen bebas dan pemain pinjaman, seperti Abdoulaye Toure, Daler Kuzyaev, Yoann Salmier, dan Loic Nego.

Hebatnya, pemain-pemain tadi tampil apik. Kuzyaev dan Toure jadi mitra yang kompak di tengah dengan versatilitas mereka membantu lini depan dan belakang sekaligus. Yoann Salmier dengan cepat dapat status starter reguler, sementara Loic Nego jadi salah satu pemberi umpan terbanyak di tim itu musim ini. Hanya setingkat di bawah Josue Casimir yang memuncaki daftarnya. Ini mengulang sukses tim asal Prancis Utara itu musim lalu, yang berhasil mendatangkan pemain murah dan gratis dengan kontribusi besar, seperti kiper Arthur Desmas dan Gautier Lloris.

Tanpa harus membeli pemain baru, Le Havre juga sudah punya sepaket pemain lawas dan jebolan akademi yang berkontribusi besar pada 2023/2024 ini. Mulai dari Casimir, Alioui, Arouna Sangante, sampai Yassine Kechta. Tidak mengejutkan mengingat akademi sepak bola mereka pernah jadi tempat Paul Pogba, Dimitri Payet, Riyad Mahrez, Lassana Diarra, dan Edouard Mendy mengenyam pendidikan. 

Permainan pragmatis yang diperagakan Le Havre di bawah komando Luka Elsner mungkin tak menarik buat sebagian orang. Namun, cukup efektif membuat mereka setidaknya berada di zona aman pada musim perdana di Ligue 1 setelah promosi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team