Jakarta, IDN Times - Pagi itu, Kamis (26/6/2025), seorang penjaja koran berjalan-jalan di tengah trotoar kota Bandung. Apakah dia pendukung Persib? Bisa jadi. Tapi, mari kita kesampingkan itu.
Hawa dingin masih menusuk tulang, khas kota Bandung pagi hari. Rabu (25/6), hujan gerimis sempat turun. Di antara hawa dingin itu, matahari menyelinap, mengantarkan warga-warga Bandung mencari nafkah.
Di antara deru mesin di Jalan Ahmad Yani, Jalan PHH Mustofa, Jalan Braga, Jalan Asia Afrika, hingga Jalan Soekarno Hatta, beberapa orang tampak tidak terburu-buru. Mereka menepi dan mencari hal yang sama: penjaja koran.
Ketika era media sosial belum ramai, ini adalah salah satu aktivitas rutin warga Bandung (termasuk penulis yang asli Bandung) di pagi hari. Membaca surat kabar, menyerap informasi tentang Bandung dan Jawa Barat, termasuk soal Persib.
Akan tetapi, seiring mulai ramainya era media sosial, mencari koran tak lagi jadi aktivitas warga Bandung di pagi hari. Mereka memilih untuk duduk di teras depan, menyeruput segelas kopi hitam, sembari mengecek gawai.
Namun, Persib mengubah itu semua pada Kamis (26/6/2025). Mereka memaksa dan menyeret orang-orang kembali ke masa lalu, saat surat kabar menjadi informasi terpercaya dan kredibel untuk dilahap seiring terbitnya sang surya di ufuk timur.