Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
PSSI5070 (1).jpg
Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026. (Dok. PSSI)

Intinya sih...

  • Perjalanan di babak ketiga penuh lika-liku, dengan 3 kemenangan, 3 imbang, dan 4 kekalahan.

  • Kesulitan melawan langganan Piala Dunia seperti Australia dan Jepang, menunjukkan Indonesia belum masuk level Piala Dunia.

  • Prestasi buruk melawan Australia dan Jepang menjadi peringatan bahwa Timnas Indonesia butuh waktu dan perubahan nyata untuk mencapai level Piala Dunia.

Jakarta, IDN Times - Piala Dunia masih jadi sesuatu yang jauh bagi Timnas Indonesia. Meski sudah memastikan diri lolos ke babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, masih banyak yang harus dibenahi.

Melaju ke Piala Dunia jadi salah satu tujuan dari PSSI tahun ini. Jalan yang lebih lapang menuju ke sana, dengan adanya babak keempat dan kelima, jadi sebuah kesempatan yang sayang untuk Timnas Indonesia lewatkan.

Akan tetapi, hasil di babak ketiga semestinya membuat PSSI dan Timnas Indonesia berpikir. Apakah memang mereka sudah masuk ke level Piala Dunia?

1. Perjalanan di babak ketiga yang penuh lika-liku

Laga Timnas Indonesia lawan China di SUGBK. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Berbeda dengan Australia dan Jepang yang perjalanannya mulus, laju Indonesia di babak ketiga penuh lika-liku. Inkonsistensi mewarnai perjalanan Jay Idzes dan kawan-kawan.

Sempat imbang di tiga laga awal, dua kekalahan beruntun sempat mereka dapat lawan tim Asia Timur, yakni China dan Jepang. Beruntung, tiga kemenangan di kandang lawan Arab Saudi, Bahrain, dan China menjaga asa Indonesia.

Total, dari 10 laga yang dijalani Timnas Indonesia di babak ketiga kualifikasi, mereka menang tiga kali, imbang tiga kali, dan kalah empat kali. Nah, hasil kekalahan ini yang perlu kita telisik.

2. Kesulitan melawan langganan Piala Dunia

Timnas Indonesia lawan Jepang di Kualifikasi Piala Dunia 2026. (Dok. PSSI)

Di babak ketiga kualifikasi ini, Indonesia satu grup dengan tiga tim langganan Piala Dunia, yaitu Arab Saudi, Australia, dan Jepang. Melawan Arab Saudi, Pasukan Garuda boleh berbangga karena mereka tak kalah, sekali imbang dan sekali menang.

Namun, perlu diperhatikan Arab Saudi yang Indonesia lawan ini tidak berisikan kekuatan penuh, dan tengah dalam fase transisi. Justru, yang harus ditengok adalah hasil saat lawan Australia dan Jepang.

Melawan dua negara yang kerap tembus 16 besar Piala Dunia itu, Indonesia tak berkutik. Lawan Australia misal, mereka imbang sekali di Jakarta, lalu kena bogem mentah di Sydney dengan skor 1-5.

Pun saat melawan Jepang, Timnas Indonesia kalah dengan total agregat 0-10. Di Jakarta, mereka kalah 0-4. Berlanjut di Osaka, mereka kalah makin besar dengan skor 0-6. Padahal, saat di Osaka, Jepang tak menurunkan skuad inti.

3. Bukan tak bisa dicapai, tetapi butuh waktu dan tak instan

Potret latihan resmi Timnas Indonesia di Suita Stadium jelang melawan Jepang, Senin (9/6/2205). (Dok. PSSI)..

Hasil buruk melawan Australia dan Jepang ini adalah peringatan bagi Timnas Indonesia, bahwa mereka belum masuk level Piala Dunia. Mereka masih gagap menghadapi tim yang terorganisasi, dan mampu bermain simpel nan menusuk.

Level Piala Dunia bukanlah sesuatu yang tak bisa digapai. Jepang sempat berada di fase yang sama seperti Indonesia, tetapi dengan rencana 100 tahun yang mereka canangkan, perlahan mereka jadi salah satu kekuatan yang diperhitungkan.

Australia juga pernah kena hantam korupsi dan maju di tempat sampai 2003-an. Namun, karena mereka berniat untuk berubah, salah satunya lewat Crawford Report, mereka mulai rutin masuk Piala Dunia sejak 2006.

Timnas Indonesia bisa seperti itu. Level Piala Dunia bisa digapai dengan perubahan yang nyata dan konsisten. Namun, tentu pertanyaan kita semua sekarang adalah, mana roadmap-nya? Cuma naturalisasi kah agar semua serba instan?

Editorial Team