Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
pemain sepak bola English Premier League (EPL)
potret pemain sepak bola English Premier League (EPL) (pixabay.com/KelvinStuttard)

Intinya sih...

  • Aston Villa naik ke peringkat ketiga klasemen setelah kemenangan 2-1 atas Manchester United

  • Unai Emery memperbaiki taktik dengan pendekatan pragmatis dan fokus pada detail permainan

  • Morgan Rogers, John McGinn, Youri Tielemans, Ezri Konsa, dan Boubacar Kamara menjadi pemain kunci dalam transformasi tim

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Aston Villa sukses mengalahkan Manchester United dengan skor 2-1 pada Minggu (21/12/2025) WIB. Kemenangan tersebut membawa The Villans naik ke peringkat ketiga klasemen sementara English Premier League 2025/2026 sekaligus mencatatkan kemenangan kesepuluh mereka di semua kompetisi. Hasil ini mempertegas perubahan arah performa Villa setelah melewati fase awal musim yang penuh tekanan dan ketidakpastian.

Situasi tersebut terasa kontras jika menengok perjalanan Villa pada awal musim. Tim asuhan Unai Emery sempat kesulitan meraih poin, bahkan gagal mencetak gol dalam empat laga pertama Premier League. Dari titik itulah, proses perbaikan taktis Emery perlahan bekerja, mengubah Villa dari tim yang rapuh secara mental menjadi tim yang efisien secara struktural dan kompetitif.

1. Gagal lolos ke UCL serta pembatasan PSR berdampak negatif kepada performa Aston Villa

Aston Villa mengawali musim kompetisi 2025/2026 dengan beban psikologis yang nyata. Kekalahan kontroversial dari Manchester United pada akhir musim sebelumnya membuat mereka gagal lolos ke Liga Champions Eropa (UCL) hanya karena selisih gol, sebuah pukulan yang mengguncang mental tim. Situasi tersebut diperparah dengan pembatasan Profitability and Sustainability Regulations (PSR) yang membuat Villa hampir tidak melakukan peremajaan skuad secara signifikan pada bursa transfer panas 2025.

Secara taktis, struktur permainan Villa sebenarnya tidak berubah drastis dibanding musim sebelumnya. Unai Emery tetap mengandalkan build-up terorganisir dari belakang dengan progresi bertahap melalui lini tengah. Namun, progresi vertikal Villa terlalu mudah dipatahkan karena jalur umpan antarlini yang tidak dieksekusi dengan optimal seperti musim lalu.

Jarak antarlini yang terlalu renggang menjadi masalah lanjutan yang memengaruhi fase kedua permainan. Ketika bola berhasil melewati garis pertama pressing lawan, Villa kerap gagal mengontrol zona antara lini tengah dan lini serang. Akibatnya, penguasaan bola yang tidak berujung pada tekanan berkelanjutan membuat tim cepat kehilangan momentum.

Masalah paling kasat mata muncul pada produktivitas gol. Villa tidak mencetak satu pun gol dalam empat laga awal liga, kendati struktur menyerang tetap berjalan dengan pola yang konsisten. Data BBC menunjukkan, pada lima laga awal tersebut, mereka hanya menghasilkan total 3,8 expected goals (xG), angka yang menggambarkan minimnya peluang berkualitas meski bola tetap bisa dialirkan ke area sepertiga akhir.

Situasi ini kerap disalahartikan sebagai kegagalan ide taktik Emery. Padahal, akar persoalan terletak pada eksekusi detail dan kondisi mental pemain yang belum siap. Emery sendiri mengakui adanya atmosfer negatif di ruang ganti, sehingga periode tanpa kemenangan tersebut lebih tepat dibaca sebagai fase diagnosis, bukan krisis identitas permainan.

2. Unai Emery mampu memperbaiki taktik di tengah keterbatasan membangun skuad

Alih-alih merombak sistem, Unai Emery memilih pendekatan yang berlawanan dengan ekspektasi fans. Ia melakukan doubling down terhadap prinsip dasarnya dan menolak mengubah struktur secara fundamental. Keyakinan tersebut berangkat dari asumsi jika sistem yang sama telah membawa Aston Villa konsisten bersaing di papan atas sebelumnya.

Perubahan pertama terlihat pada cara Villa membangun serangan. Build-up dibuat lebih pragmatis dengan mengurangi sirkulasi horizontal yang tidak progresif. Emery mendorong progresi melalui half-space, sehingga bola dapat mencapai area berbahaya dengan jumlah sentuhan yang lebih sedikit dan risiko turnover yang lebih terkontrol.

Penyesuaian penting lainnya muncul pada struktur defensif. Full-back dituntut bermain lebih sempit dan sejajar dengan bek tengah untuk menutup jalur antarlini. Pendekatan ini membuat Villa lebih kompak secara vertikal dan horizontal, sehingga lawan dipaksa menyerang melalui sisi luar alih-alih menembus pusat permainan.

Emery juga menurunkan intensitas pressing agresif yang sebelumnya cukup menuntut secara fisik. Ketimbang mengejar bola secara konstan, mereka memilih membangun blok ruang yang disiplin di lini tengah. Pendekatan ini menghemat energi para pemain yang relatif senior sekaligus mengurangi kebutuhan sprint panjang ke arah gawang sendiri.

Dalam fase menyerang, transisi menjadi senjata utama Villa. Empat pemain depan diberikan kebebasan eksplosif untuk memanfaatkan momen ketika lawan kehilangan struktur. Strategi ini membuat serangan Villa tampak lebih direct, tetapi tetap terkontrol dalam kerangka sistem.

Periode awal Oktober 2025 menjadi titik balik yang krusial. Pertandingan melawan Burnley dan Fulham di Premier League, serta Feyenoord Rotterdam di Liga Europa 2025/2026 menjadi gambaran keberhasilan taktis yang mampu memulihkan kepercayaan diri. Tiga kemenangan tersebut memberi ruang psikologis bagi pemain untuk mengeksekusi detail dengan lebih tenang, yang kemudian berdampak langsung pada efektivitas struktur secara keseluruhan.

3. Beberapa pemain berhasil tampil moncer berkat adaptasi taktis Unai Emery

Morgan Rogers muncul sebagai pemain paling moncer dari transformasi Aston Villa musim ini. Unai Emery memaksimalkan perannya sebagai ball-striker dari area half-space dan tepi kotak penalti. Data The Athletic menunjukkan, sebelum laga melawan Manchester United pada pekan ke-17 Premier League, 40 persen gol Villa berasal dari luar kotak penalti, yang memperlihatkan pola tersebut merupakan bagian dari strategi yang dirancang secara sadar.

Keberanian Rogers untuk menembak dari jarak menengah menjadi solusi atas rendahnya xG dari open play. Dalam 10 pertandingan liga, ia mencetak 6 gol dari luar kotak penalti, yang menunjukkan bagaimana kualitas individu dipadukan dengan skema ruang yang tepat. Peran ini bukan kebetulan, melainkan hasil latihan spesifik yang difokuskan pada teknik dan pengambilan keputusan.

John McGinn dan Youri Tielemans berfungsi sebagai pengambil keputusan pada momen krusial. Keduanya menjembatani fase transisi dengan kemampuan membaca tempo dan memilih risiko yang tepat. Di ruang ganti, McGinn juga sebagai pemimpin yang memastikan standar mental tetap terjaga saat tekanan meningkat.

Di lini belakang, Ezri Konsa dan Boubacar Kamara menjadi fondasi stabilitas struktural. Keduanya menunjukkan disiplin posisi yang konsisten dan kemampuan membaca ruang yang matang. Meski kontribusi mereka tidak selalu terlihat dalam statistik mencolok, tetapi mereka berhasil membangun struktur yang lebih solid yang sangat menentukan keseimbangan tim.

Preferensi Emery terhadap pemain berpengalaman kembali terbukti relevan. Pemain di atas 30 tahun cenderung lebih stabil secara performa dan tidak mudah terombang-ambing oleh ketidakpastian hasil laga. Pengalaman mereka memungkinkan pemahaman konteks taktis yang lebih cepat, terutama dalam mengelola momentum pertandingan.

Bagian ini menegaskan, keberhasilan Villa bukan semata hasil skema di papan taktik. Sistem Emery hidup karena dijalankan oleh profil pemain yang tepat dan mampu mengeksekusi detail kecil secara konsisten. Tanpa pemahaman tersebut, struktur sebaik apa pun hanya akan berhenti sebagai konsep.

Aston Villa mungkin bukan tim paling dominan secara statistik sepanjang musim ini. Namun, di bawah Unai Emery, mereka menjelma sebagai salah satu tim paling efisien secara struktural yang menunjukkan perbedaan antara tim yang sekadar memiliki materi pemain apik dan tim yang benar-benar kompetitif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team