Faktor atlet yang hanya bisa meniti karier paling lama 10-15 tahun di level profesional secara perlahan mengurangi gairah Willhoft-King di sepak bola. Sementara, dengan melanjutkan kuliah, kemungkinan melakukan banyak hal hingga tua terbuka lebih lebar.
Padahal, Willhoft-King beberapa kali masuk dalam daftar pemain muda yang dibawa Pep Guardiola untuk berlatih bersama tim senior ManCity. Kesempatan yang diberikan Guardiola itu ternyata tak mengubah keputusannya untuk banting setir.
"Saya gak menikmatinya, tidak tahu kenapa. Mungkin lingkungannya? Saya juga sering bosan. Anda latihan, pulang, dan tidak melakukan apa-apa. Bandingkan dengan sekarang, saya kesulitan mencari waktu luang. Saya belajar, nongkrong dengan teman-teman, bermain untuk tim universitas, juga tim college," kata Willhoft-King.
Willhoft-King mengaku belakangan kurang bergairah saat bermain sepak bola dalam level profesional. Dia menyatakan dunia akademik kini membuatnya lebih bersemangat karena level tantangan yang berbeda.
"Saya selalu merasa kurang terstimulasi dalam sepak bola. Jangan salah, saya tetap menyukainya. Tapi, saya merasa bisa melakukan lebih banyak. Saya membuang terlalu banyak waktu. Saya butuh sesuatu yang berbeda dan Oxford membuatku bersemangat; juga orang-orangnya. Itulah alasannya. Cedera faktor besar, tapi itu jawaban yang mudah. Saya butuh tantangan lebih, terutama secara intelektual, kedengarannya memang agak sok. Tapi, ya, begitu," ujar Willhoft-King.
"Misalnya aku punya karier di League One atau Championship, uangnya menggiurkan. Tapi apakah saya akan menikmatinya? Saya tidak yakin. Bahkan dalam skenario terbaik, Anda bermain 10–15 tahun, lalu apa? Saya merasa universitas memberi landasan untuk masa depan jangka panjang, lebih dari sekadar 10–15 tahun ke depan. Jadi ini juga soal visi jangka panjang," lanjutnya.