Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
desain Liquid Glass milik Apple (apple.com)
desain Liquid Glass milik Apple (apple.com)

Intinya sih...

  • Desain Liquid Glass Apple menyerupai Windows Aero di Vista

  • Apple secara perlahan berhasil mengeksekusi evolusi desain berkat elemen kaca dan efek blur pada UI mereka

  • Tidak sedikit pula yang merasa bahwa Liquid Glass terasa overdesigned

Melalui peluncuran iOS 26, iPadOS 26, dan macOS Tahoe 26, Apple resmi memperkenalkan gaya desain baru yang dinamai Liquid Glass pada WWDC 2025. Tak sedikit pengamat teknologi yang langsung teringat pada desain Windows Aero milik Windows Vista. Keduanya mengedepankan unsur serupa, seperti efek transparan, tampilan kaca, dan visual yang berkilau. Perbedaannya, Apple berhasil merealisasikan konsep tersebut dengan lebih matang dan presisi dibandingkan upaya Microsoft hampir dua dekade lalu.

Sekilas, tampilan sistem operasi baru Apple tampil lebih hidup. Namun, bagi sebagian pengguna, tampilannya justru membangkitkan memori akan Windows Vista. Sistem operasi besutan Microsoft ini dikenal bermasalah bukan karena visualnya, melainkan performa teknis yang mengecewakan. Lantas, di aspek mana desain Liquid Glass dari Apple mampu memikat mata dan menghadirkan sensasi nostalgia ke era Vista tahun 2007? Simak ulasan lengkapnya berikut!

1. Alasan Liquid Glass terkesan mirip Windows Aero di Vista

macOS Tahoe 26 memungkinkan pengguna menyesuaikan desktop akan tampilan baru dari Liquid Glass (apple.com)

Desain Liquid Glass yang diperkenalkan Apple dalam iOS 26 dan macOS Tahoe 26 tak pelak membangkitkan kesan visual yang sangat menyerupai Windows Aero pada Windows Vista. Kemiripan tersebut terlihat jelas pada penerapan elemen transparan dan efek kaca mengilap yang membalut berbagai komponen antarmuka, seperti ikon, jendela aplikasi, hingga menu drop-down. Bagi pengguna yang pernah merasakan Vista, tampilan mengilap ini mungkin langsung memicu nostalgia akan cita rasa futuristik dari masa lalu. Bahkan, ikon-ikon di iOS 26 tampak seperti versi modern dari ikon khas Vista. Hanya saja, bedanya terletak pada detail yang lebih tajam, akurat, dan seragam.

Meski begitu, di balik kemiripan tampilan tersebut terdapat perbedaan signifikan dari sisi konteks dan pelaksanaannya. Microsoft memang memiliki visi menarik melalui Aero, namun, saat itu infrastruktur perangkat keras belum cukup siap mendukung pengalaman visual sekompleks itu. Di sisi lain, Apple kini berada dalam ekosistem yang sudah matang secara teknologi. Bahkan, perangkat standar seperti iPhone pun sudah dibekali kemampuan grafis yang kuat. Dalam artian, Apple berhasil mewujudkan apa yang dahulu hanya menjadi ambisi Aero di mana bukan hanya desain berbasis kaca yang terlihat menawan, tetapi juga efisien dan berjalan mulus dalam penggunaan sehari-hari.

2. Apple perlahan berhasil eksekusi evolusi desain berkat elemen kaca dan efek blur UI mereka

desain Liquid Glass milik Apple di menu kamera, foto, dan FaceTime (apple.com)

Transformasi desain Apple menuju Liquid Glass bukan terjadi secara tiba-tiba. Ini adalah hasil perkembangan bertahap yang berlangsung selama lebih dari 10 tahun. Dimulai sejak peluncuran iOS 7 pada 2013, Apple mulai meninggalkan gaya skeuomorfik yakni desain yang meniru bentuk fisik benda nyata dan beralih ke estetika flat yang lebih sederhana dan modern. Seiring berjalannya waktu, Apple secara bertahap menambahkan elemen blur dan transparansi ke dalam antarmuka, seperti pada dock Mac dan notifikasi iPhone. Hal ini dilakukan guna menciptakan ilusi kedalaman dan ruang yang halus namun tetap terlihat elegan.

Hadirnya Liquid Glass seakan menjadi klimaks dari perjalanan visual tersebut. Elemen transparansi kini tidak lagi hanya menjadi polesan visual, melainkan telah menjadi fondasi utama dalam pendekatan desain sistem operasi Apple secara keseluruhan. Jika sebelumnya efek transparan hanya muncul secara sporadis, kini ia menjadi fitur yang konsisten dan menyatu di berbagai komponen UI. Pergeseran ini terasa mulus, karena Apple secara perlahan telah membentuk ekspektasi pengguna terhadap estetika yang lebih ringan, mengalir, dan reflektif. Hingga pada akhirnya, pengguna siap menerima Liquid Glass sebagai tampilan visual yang matang dan menyeluruh.

3. Tidak sedikit pula yang merasa bahwa Liquid Glass terasa overdesigned

tampilan desain Liquid Glass Apple (apple.com)

Walaupun Liquid Glass mendapat banyak sanjungan karena tampilannya yang segar dan berani, tidak semua orang merasa terkesan akan pendekatan visual ini. Beberapa pengguna dan pengamat teknologi menilai desain baru Apple terlalu rumit sehingga terkesan berlebihan dari sisi visual. Penggunaan efek transparan yang bertumpuk, pantulan cahaya yang intens, dan kilau di berbagai elemen UI justru dinilai mengalihkan perhatian pengguna. Bahkan, media teknologi seperti Engadget turut melontarkan kritik pedas yang menyebut desain ini “terlalu ramai” sekaligus membangkitkan nostalgia era 2000-an yang kini dinilai ketinggalan zaman alias usang.

Kritik tersebut cukup masuk akal. Ini lantaran desain antarmuka bukan semata soal estetika, tetapi juga menyangkut keterbacaan serta kenyamanan jangka panjang. Visual yang terlalu mencolok bisa memicu kelelahan visual atau bahkan frustrasi terutama bagi pengguna yang mengandalkan perangkat untuk aktivitas produktif sehari-hari. Apple tampaknya memahami hal ini. Mereka tetap menyediakan pengaturan aksesibilitas untuk meredam efek transparan serta animasi gerak. Namun begitu, munculnya kritik terhadap Liquid Glass memunculkan pertanyaan besar terkait sejauh mana Apple bisa bereksperimen dalam estetika tanpa mengorbankan prinsip utama desain antarmuka yang sederhana dan intuitif?

Meski demikian, Apple juga menyediakan jalan tengah. Melalui pengaturan aksesibilitas, pengguna dapat meminimalkan efek transparansi maupun animasi. Apalagi, saat ini sistem masih dalam tahap beta, sehingga Apple masih memiliki kesempatan untuk menyempurnakan tampilan berdasarkan masukan dari pengguna awal.

Di sisi lain, sejumlah pembaruan turut menuai respons positif. Misalnya pada Safari, kini tampil lebih minimalis dan efisien dalam mode layar penuh. Posisi address bar di bagian bawah otomatis mengecil saat pengguna menggulir halaman, memberikan tampilan yang lebih lapang, lalu kembali muncul saat dibutuhkan. Meski tampak sepele, perubahan ini berdampak nyata pada kenyamanan penggunaan harian.

Jadi, apakah desain Liquid Glass merupakan langkah elegan Apple menuju desain revolusioner atau sekadar tambahan elemen kilau yang tidak perlu? Kita lihat saja apakah mayoritas pengguna akan menikmati tampilannya atau justru menginginkan opsi untuk menonaktifkan semua efek kerlap ini. Bagaimana menurutmu soal desain Liquid Glass milik Apple? Yuk, bagikan pendapatmu!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team