Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pengguaan iPhone (unsplash.com/@miguelavtomas)

Intinya sih...

  • Fingerprint sulit dipalsukan karena setiap orang memiliki pola sidik jari unik, membuatnya menjadi identifikasi biometrik yang sangat personal dan akurat.

  • Fingerprint andal di segala kondisi pencahayaan, tidak bergantung pada cahaya atau kamera untuk mengenali pengguna, sehingga lebih stabil dibanding face unlock berbasis kamera biasa.

  • Face unlock menawarkan kenyamanan tinggi karena memungkinkan pengguna membuka kunci hanya dengan melihat layar, terutama saat tangan sedang kotor atau sibuk.

Perkembangan teknologi keamanan pada smartphone terus menghadirkan pilihan semakin canggih, salah satunya adalah biometrik. Dua metode paling populer dan banyak digunakan saat ini adalah pemindai sidik jari dan pengenalan wajah. Keduanya menawarkan kemudahan akses sekaligus berusaha menjaga data pribadi pengguna dari akses tidak sah.

Namun, pertanyaan mendasar yang sering muncul adalah, mana di antara keduanya yang benar-benar lebih aman dan dapat diandalkan untuk melindungi informasi sensitif kita? Memahami cara kerja, kelebihan, dan potensi kelemahan masing-masing teknologi menjadi krusial. Mari kita bahas masing-masing kelebihan dan kekurangan sensor fingerprint vs face unlock di smartphone!

1. Fingerprint sulit dipalsukan

ilustrasi sensor fingerprint di HP (unsplash.com/@rtldtu0)

Setiap orang memiliki pola sidik jari berbeda dan unik, bahkan pada anak kembar identik sekalipun. Hal ini membuat fingerprint menjadi identifikasi biometrik yang sangat personal dan akurat. Untuk memalsukannya, dibutuhkan upaya sangat rumit dan teknologi tingkat tinggi.

2. Fingerprint andal di segala kondisi pencahayaan

ilustrasi sensor fingerprint di HP (unsplash.com/@onurbinay)

Fingerprint tidak bergantung pada cahaya atau kamera untuk mengenali pengguna. Meskipun dalam keadaan gelap total atau sangat terang, sensor sidik jari tetap dapat bekerja secara konsisten. Ini membuatnya lebih stabil dibanding face unlock berbasis kamera biasa.

3. Fingerprint tidak bisa dibuka dengan foto atau video

ilustrasi sensor fingerprint di HP (unsplash.com/@luferlex)

Pemindai sidik jari hanya merespon pada sentuhan langsung kulit manusia. Berbeda dengan face unlock 2D yang bisa tertipu oleh gambar atau rekaman, fingerprint membutuhkan kontak fisik nyata. Hal ini membuatnya lebih kebal terhadap upaya peretasan menggunakan media visual.

4. Fingerprint rentan terhadap kerusakan fisik

ilustrasi sensor fingerprint di HP (unsplash.com/@rtldtu0)

Meskipun aman, fingerprint tetap memiliki beberapa kekurangan. Sensor bisa gagal mengenali sidik jari jika jari dalam kondisi basah, kotor, atau terluka. Selain itu, sensor kualitas rendah pada smartphone murah dapat lebih mudah dibobol atau tidak akurat. Selain itu, dalam kondisi seperti saat menggunakan sarung tangan atau tangan sedang berminyak, pengguna perlu membuka kunci menggunakan metode lain.

5. Face unlock menawarkan kenyamanan

ilustrasi biometrik wajah (freepik.com/gstudioimagen)

Face unlock menawarkan kenyamanan tinggi karena memungkinkan pengguna membuka kunci hanya dengan melihat layar. Prosesnya cepat dan praktis, terutama saat tangan sedang kotor atau sibuk. Teknologi face unlock berbasis 3D, seperti Face ID di iPhone, menggunakan sensor kedalaman dan inframerah untuk meningkatkan akurasi dan keamanan. Sistem ini juga mampu mengenali wajah meskipun pengguna memakai kacamata atau mengubah gaya rambut.

6. Face unlock 2D masih rentan terhadap peretasan

ilustrasi biometrik wajah (freepik.com/pikisuperstar)

Face unlock berbasis kamera 2D cenderung kurang aman karena bisa tertipu oleh foto atau video. Teknologi ini juga sangat bergantung pada pencahayaan, sehingga sulit bekerja di tempat gelap atau terlalu terang. Pada beberapa perangkat, pengenalan wajah bisa gagal jika wajah tertutup masker, topi, atau kacamata. Selain itu, tidak semua smartphone dilengkapi sensor 3D canggih, sehingga tingkat keamanannya bervariasi tergantung pada kualitas perangkat.

7. Terdapat perbedaan signifikan pada dua jenis face unlock

ilustrasi face unlock (vecteezy.com/tone-ff290377)

Face unlock 2D menggunakan kamera depan biasa untuk mengenali wajah, sehingga lebih cepat tetapi kurang aman. Sistem ini mudah tertipu oleh foto atau video karena hanya mengenali permukaan datar. Sementara itu, face unlock 3D menggunakan sensor khusus seperti inframerah dan pemindai kedalaman untuk memetakan struktur wajah secara tiga dimensi. Teknologi 3D jauh lebih akurat dan aman karena mampu membedakan wajah asli dari tiruan.

Memilih antara fingerprint vs face unlock di smartphone sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan teknologi yang digunakan pada perangkat. Face unlock berbasis 3D seperti Face ID di iPhone memiliki tingkat akurasi hingga 99,9 persen. Ini menyamai bahkan melampaui sensor sidik jari berkualitas tinggi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team