Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
iPhone Air
iPhone Air (apple.com)

Intinya sih...

  • Strategi good-better-best: Apple menerapkan strategi tiered products untuk menawarkan opsi produk yang berbeda tingkatan, memungkinkan konsumen memilih sesuai kebutuhan dan kemampuan finansial.

  • Efek psikologis harga: Apple menggunakan anchor dan decoy pricing untuk mendorong konsumen membandingkan faktor lain selain harga, membentuk anchor price, dan memanfaatkan efek decoy.

  • Konsistensi premium dan efisiensi harga global: Kesamaan harga antara iPhone Air 256 GB dan iPhone 17 512 GB mencerminkan identitas eksklusif Apple sebagai merek premium, serta konsistensi dalam struktur harga internasional.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam tiap peluncuran iPhone terbaru, strategi harga (pricing strategy) Apple selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas. iPhone 17 mulai dijual perdana pada 19 September 2025 di berbagai negara. Informasi detail mengenai harga pun sudah dipublikasikan melalui situs resmi Apple di tiap negara yang disesuaikan dengan mata uang lokal masing-masing.

Harga yang tercantum di laman resmi Apple bukan sekadar tempelan, melainkan mencerminkan strategi pemasaran yang cermat melalui perbandingan antar model. Salah satu fenomena menarik adalah kesamaan harga antara iPhone Air 256 GB dan iPhone 17 512 GB di sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Australia, Hong Kong, Malaysia, Singapura, hingga Filipina. Misalnya, di pasar Amerika Serikat, kedua model tersebut sama-sama dibanderol seharga 999 dolar AS atau sekitar Rp16,5 juta. Fenomena serupa juga terlihat di Hong Kong, di mana keduanya dipatok pada harga 8,599 dolar Hong Kong atau setara Rp18,2 juta.

Kesamaan harga ini menimbulkan dugaan bahwa Apple sengaja menerapkan strategi berbasis psikologi konsumen, optimalisasi lini produk, hingga pembentukan persepsi premium. Lalu, mengapa dua model iPhone dengan karakteristik dan kelas berbeda justru dipasarkan dengan harga yang sama? Mari simak ulasan lebih lanjut mengenai strategi di balik keputusan ini!

1. Strategi good-better-best

iPhone 17 Pro, iPhone Air, iPhone 17 (apple.com)

Apple sudah lama dikenal menerapkan strategi tiered products atau pelapisan produk berdasarkan tingkatannya. Strategi ini kerap disebut juga good-better-best. Menurut Harvard Business Review, strategi ini memungkinkan perusahaan menawarkan produk versi sederhana (opsi Good) untuk menarik pelanggan baru, produk standar (opsi Better) untuk mempertahankan pengguna setia, serta produk premium yang dibekali fitur lengkap (opsi Best) guna mendorong belanja lebih dari konsumen yang menginginkan keunggulan tambahan.

Dalam konteks ini, Apple memposisikan iPhone reguler sebagai opsi good, iPhone Air sebagai better, dan iPhone Pro/Pro Max sebagai best. Konsumen dihadapkan pada pilihan bertingkat yang bisa disesuaikan menurut kebutuhan maupun kemampuan finansial masing-masing. Oleh karena itu, kesamaan harga antara iPhone Air 256 GB dan iPhone 17 512 GB dapat dipandang sebagai strategi Apple dalam menempatkan kedua model tersebut pada level yang sebanding dalam hierarki produk.

Penyamaan harga ini juga berfungsi menjaga persepsi konsumen. Dari sudut pandang pembeli, iPhone 17 512 GB unggul lewat kapasitas penyimpanan lebih besar. Namun, iPhone Air 256 GB menghadirkan keunikan tertentu, termasuk fitur atau desain khas yang memberi nilai tambah sehingga tetap kompetitif meski kapasitasnya lebih kecil.

Seperti diketahui, iPhone Air muncul sebagai pengganti varian Plus yang terakhir hadir pada seri iPhone 16. Di tengah tren smartphone yang semakin menekankan ketipisan bodi, iPhone Air dirancang menjadi jembatan bagi konsumen yang menginginkan perangkat berdesain berbeda. Alhasil, konsumen dibebaskan untuk menentukan pilihan sesuai preferensi, apakah lebih mengutamakan ruang penyimpanan luas atau pengalaman desain yang ramping sekaligus premium.

2. Efek psikologis harga yaitu anchor dan decoy pricing

iPhone 14 Pro Black (unsplash.com/Thai Nguyen)

Selain strategi harga bertingkat, Apple juga memanfaatkan psikologi konsumen dalam menyusun struktur harga produknya. Salah satu pendekatan yang sering dipakai adalah decoy pricing yaitu strategi penetapan harga yang mendorong konsumen untuk beralih dari dua pilihan utama setelah disodorkan opsi ketiga yang tidak seimbang. Saat konsumen hanya dihadapkan pada dua pilihan, proses pengambilan keputusan cenderung lebih sulit karena mereka harus menimbang lebih hati-hati. Namun, ketika penjual menambahkan pilihan ketiga, proses memilih justru terasa lebih mudah karena konsumen akan terdorong pada opsi yang tampak paling rasional.

Dalam praktiknya, dua opsi pertama biasanya memiliki perbedaan harga sesuai ukuran atau fitur produk. Sementara itu, opsi ketiga diposisikan sebagai decoy yang harganya sedikit lebih tinggi dari salah satu paket sebelumnya, sehingga tampak lebih bernilai meskipun tetap membuat konsumen membayar lebih banyak. Akibatnya, banyak konsumen justru memilih opsi ketiga karena merasa selisih harga yang ditawarkan kecil, tetapi manfaat yang diperoleh lebih besar. Meski pada akhirnya mereka mengeluarkan biaya tambahan, secara psikologis keputusan tersebut terasa lebih menguntungkan.

Pada kasus iPhone 17, Apple menempatkan iPhone Air 256 GB dan iPhone 17 512 GB pada harga setara. Tujuannya jelas yakni memaksa konsumen untuk membandingkan faktor lain selain harga. Di titik ini, konsumen akan menimbang apakah mereka lebih mengutamakan estetika desain iPhone Air atau kapasitas penyimpanan besar pada iPhone 17. Bagi pengguna yang mengejar estetika, iPhone Air tampak logis, sedangkan pengguna yang mementingkan fungsi akan melihat iPhone 17 sebagai pilihan rasional.

Strategi ini juga membentuk anchor price atau patokan harga di benak konsumen. Ketika dua model dengan karakter berbeda dipasarkan pada harga yang sama, konsumen cenderung menilai keduanya sama-sama bernilai. Alih-alih menunda pembelian, mereka terdorong untuk segera memilih salah satunya. Pola ini terbukti konsisten di banyak negara seperti Amerika Serikat, Australia, dan Hongkong, di mana harga iPhone Air 256 GB dan iPhone 17 512 GB benar-benar sama persis.

Hal ini sejalan dengan penelitian Addagalla (2023) dalam International Journal of Novel Research and Development yang menemukan bahwa Apple menggunakan product line differentiation untuk memanfaatkan efek decoy dan mendorong konsumen mengeluarkan lebih banyak uang. Studi tersebut menunjukkan bagaimana harga iPhone 14 Series disusun secara bertingkat di mana setiap pilihan berfungsi sebagai “umpan” agar konsumen terdorong memilih model yang lebih mahal. Contohnya, iPhone 14 Plus tampak lebih menarik dibandingkan iPhone 14 standar karena menawarkan layar lebih besar dan baterai lebih awet walaupun selisihnya $100. Namun, opsi ini sekaligus mendorong konsumen mempertimbangkan iPhone 14 Pro, yang hanya sedikit lebih mahal tetapi membawa fitur unggulan lain, meski ada kompromi tertentu.

3. Konsistensi premium dan efisiensi harga global

iPhone 16 Pro menghadirkan pilihan warna earthy tone (apple.com)

Eksklusivitas menjadi identitas utama yang tidak terbantahkan bagi Apple sebagai merek premium. Melalui strategi harga iPhone Air 256 GB dan iPhone 17 512 GB yang sama persis, Apple berhasil menghindarkan varian Air dari kesan sebagai produk murah. Sebaliknya, varian Air diposisikan sebagai pilihan eksklusif bagi pengguna yang mengutamakan desain tipis dan elegan. Tidak mengherankan jika citra Apple selama ini lebih lekat dengan prestise serta simbol status sosial.

Selain menjaga citra merek, konsistensi harga antarvarian juga memudahkan konsumen memahami pola harga global Apple. Hampir setiap peningkatan kapasitas penyimpanan berada di kisaran tambahan sekitar 200 dolar AS atau setara dalam mata uang lokal. Pola ini membantu konsumen memperkirakan kebutuhan mereka saat ingin melakukan upgrade. Kesamaan harga antara dua model tersebut mencerminkan upaya Apple menjaga keteraturan dalam struktur harga internasional, meski pada praktiknya faktor seperti pajak impor, fluktuasi kurs, dan regulasi lokal tetap membuat harga bervariasi di setiap pasar.

4. Kesamaan harga antara iPhone Air 256 GB dan iPhone 17 512 GB merupakan strategi pricing yang matang

iPhone Air (apple.com)

Faktanya, iPhone Air hadir setelah sejumlah fitur dipangkas demi mencapai desain yang lebih ramping. Hal ini mencerminkan adanya trade-off atau kompromi tertentu yang harus diterima pengguna. Maka dari itu, kesamaan harga antara iPhone Air 256 GB dan iPhone 17 512 GB jelas bukan kebetulan, melainkan hasil strategi penetapan harga yang terencana.

Apple memahami bahwa konsumen tidak hanya menimbang angka nominal, tetapi juga memperhatikan nilai, persepsi, serta aspek psikologis dalam keputusan pembelian. Menempatkan kedua produk pada level harga yang sejajar memberi keleluasaan bagi konsumen untuk memilih sesuai preferensi tanpa mengurangi citra eksklusif produknya. Lebih jauh, pola harga ini memperlihatkan bagaimana Apple menggabungkan strategi pemasaran, psikologi konsumen, dan konsistensi global dalam satu paket yang utuh.

Struktur harga yang hampir identik di berbagai negara menegaskan keseriusan Apple menjaga keselarasan posisi produknya di pasar internasional. Pada akhirnya, keputusan kembali kepada calon pembeli. Kira-kira, kamu lebih memilih kapasitas penyimpanan besar dengan harga yang terasa lebih rasional atau desain ultra-tipis dan eksklusif beserta konsekuensi adanya beberapa fitur yang harus dikorbankan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team