6 Alasan Mastodon Cocok Jadi Alternatif Bermedia Sosial

Jika kamu bosan dengan media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter atau TikTok, tak ada salahnya mencoba media sosial lainnya dalam berjejaring. Perkenalkan, ada Mastodon! Media sosial yang lahir tahun 2016 dan popularitasnya semakin melejit ini cukup menarik.
Mastodon menawarkan alternatif bermedia sosial dengan desentralisasi yakni penggunanya memiliki kendali penuh atas data pribadi dan tidak terikat oleh aturan serta kebijakan tunggal dari satu perusahaan. Kondisi memungkinkan pengguna untuk menciptakan komunitas yang lebih aman dan inklusif, serta menghindari masalah seperti pengawasan data, algoritme yang mempengaruhi feed berita, dan penyalahgunaan informasi. Ketahui fakta lebih lanjut tentang media sosial ini, yuk!
1. Sejarah Mastodon
Mastodon didirikan tahun 2016 oleh Eugen Rochko, seorang pengembang perangkat lunak Jerman. Platform ini muncul sebagai alternatif yang terdesentralisasi untuk jaringan sosial yang lebih tradisional seperti Facebook dan Twitter. Rochko menciptakan Mastodon sebagai respons terhadap kekhawatiran yang muncul terkait privasi, kontrol data, dan kurangnya transparansi di dalam platform-platform tersebut.
Mastodon dirancang dengan menggunakan protokol open source yang disebut ActivityPub, yang memungkinkan interaksi antara server yang berbeda dan menciptakan jaringan terdesentralisasi. Artinya, setiap pengguna dapat memilih server yang sesuai dengan preferensi mereka atau bahkan membuat server mereka sendiri, yang disebut sebagai "instance."
Seiring waktu, Mastodon mulai menarik perhatian komunitas daring yang ingin lepas dari ancaman di media sosial konvensional, seperti pelanggaran privasi, sensor informasi, dan pengaruh algoritme yang kuat. Meskipun tidak ada satu peristiwa tunggal yang secara khusus mempopulerkan Mastodon, popularitasnya meningkat pada tahun 2021, ketika semakin banyak pengguna mencari alternatif yang lebih terdesentralisasi dan lebih kontrol atas pengalaman mereka di media sosial.