Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Motorola Edge 60 Pro
Motorola Edge 60 Pro (motorola.com)

Intinya sih...

  • Banyak pengguna generasi baru belum akrab dengan merek Motorola

  • Komitmen pembaruan software yang belum stabil

  • Pilihan produk yang masih terbatas di pasar Indonesia

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Motorola adalah salah satu merek legendaris yang pernah menguasai pasar smartphone di Indonesia sebelum era smartphone modern berkembang pesat seperti sekarang. Mereka sempat aktif merilis perangkat secara resmi hingga 2017, sebelum akhirnya menghilang dari peredaran. Periode vakum yang cukup panjang ini membuat kehadiran Motorola perlahan terlupakan oleh banyak pengguna.

Setelah absen selama kurang lebih delapan tahun, Motorola kembali mencoba bangkit dan menarik perhatian konsumen Indonesia. Kehadiran mereka pada 2025 membawa angin segar melalui hadirnya produk-produk baru yang ditawarkan memiliki nilai menarik dari segi fitur, desain, dan pengalaman penggunaan. Meski begitu, membangun kembali posisi di pasar yang kompetitif setelah lama tidak aktif tentu bukan pekerjaan yang mudah.

Meski Motorola menunjukkan perkembangan yang patut diapresiasi, perjalanan mereka masih dibayangi berbagai tantangan yang cukup signifikan. Banyak calon pengguna yang mulai melirik Motorola karena pendekatan software dan kualitas hardware yang kuat, tetapi keputusan membeli sangat dipengaruhi oleh kekuatan branding. Di tengah persaingan yang semakin sengit, setiap celah bisa menghambat laju mereka. Untuk memahami situasi ini, kamu perlu melihat tiga hambatan terbesar yang membuat Motorola belum bisa melaju secepat kompetitornya.

1. Banyak pengguna generasi baru belum akrab dengan merek Motorola

Motorola Moto G86 POWER (motorola.com)

Salah satu tantangan terbesar Motorola adalah lemahnya brand awareness di kalangan pengguna muda. Ketika merek lain seperti Samsung, Xiaomi, OPPO, vivo, dan realme terus menerus memperkuat identitas mereka di hadapan generasi baru, Motorola justru tertinggal dan kehilangan momentumnya. Bagi pengguna lama yang pernah merasakan masa kejayaan seri Razr dan berbagai smartphone klasik Motorola, nama ini masih terasa akrab. Namun, bagi konsumen muda, Motorola justru terdengar asing karena kurang hadir dalam ruang publik digital seperti media sosial. Minimnya aktivitas promosi, kampanye media sosial, hingga kolaborasi bersama influencer membuat membuat pamor Motorola sulit bersaing dengan merek yang saat ini aktif mendominasi pasar smartphone.

Akibatnya, banyak calon pembeli menjadi ragu untuk memilih Motorola meskipun produk yang ditawarkan sebenarnya punya kualitas yang kuat. Citra merek yang belum stabil juga memengaruhi persepsi terhadap nilai jual kembali perangkat mereka. Untungnya, Motorola sudah mulai memperbaiki sisi kepercayaan konsumen melalui kerja sama layanan purnajual seperti Primalayan, MitraCare, EZCare, dan beberapa partner lain yang tercantum di situs resmi mereka. Kehadiran jaringan servis tersebut memberikan rasa aman bagi pengguna baru.

2. Komitmen pembaruan software yang belum stabil

Motorola Moto G86 POWER (motorola.com)

Konsistensi pembaruan software masih menjadi masalah yang cukup mencolok bagi Motorola, terutama pada perangkat di kelas menengah seperti seri Moto G. Beberapa model sebelumnya hanya dijanjikan menerima satu kali peningkatan versi Android, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa perangkat akan lebih cepat tertinggal dari sisi sistem. Kasus Moto G86 Power menjadi contoh yang banyak disorot. Saat pertama kali diluncurkan di Indonesia, perangkat ini hanya diumumkan mendapat satu kali pembaruan OS, padahal di beberapa negara lain dukungan yang diberikan lebih panjang. Kondisi ini memicu kritik dari konsumen yang mengharapkan perlakuan yang sama di semua wilayah penjualan.

Menurut informasi dari akun Facebook resmi Motorola Indonesia, keluhan dari para pengguna akhirnya membuat perusahaan meninjau ulang kebijakan tersebut. Moto G86 Power kini mendapatkan dua kali peningkatan OS dan empat tahun pembaruan keamanan, yang menandakan adanya kesediaan perusahaan untuk mendengarkan masukan pasar. Namun, dukungan ini tetap belum seimbang jika dibandingkan beberapa pesaing yang menawarkan masa pembaruan lebih panjang. Selain itu, masih ada sejumlah model Motorola lainnya yang belum memiliki kejelasan soal update OS, sehingga menambah keraguan bagi calon pembeli. Ke depannya, konsistensi dan keterbukaan dalam kebijakan pembaruan akan menjadi faktor penting untuk membangun kepercayaan konsumen menjadi lebih kuat.

3. Pilihan produk yang masih terbatas di pasar Indonesia

Motorola Moto Pad 60 Lite (motorola.com)

Selain masalah branding dan pembaruan software, keterbatasan pilihan produk juga menjadi tantangan besar bagi Motorola. Walaupun merek ini mulai aktif kembali pada 2025, jumlah perangkat yang dirilis secara resmi di Indonesia masih jauh lebih sedikit dibanding para pesaing utama. Kondisi tersebut membuat konsumen memiliki pilihan yang terbatas di berbagai kisaran harga, terutama pada kategori tertentu yang belum dijangkau Motorola. Bahkan beberapa model menarik yang dirilis secara global pun belum masuk ke pasar Indonesia.

Kondisi ini sebenarnya wajar untuk sebuah merek yang baru kembali membangun fondasi bisnisnya. Meski begitu, perkembangan Motorola pada tahun 2025 tetap menunjukkan arah yang positif. Mereka mulai memperluas jajaran produk dengan menghadirkan lini tablet seperti Moto Pad 60 Pro, Moto Pad 60 Lite, dan Moto Pad 60 Neo. Kehadiran tablet ini membuktikan ambisi Motorola untuk merambah lebih banyak kategori perangkat. Semoga pada 2026 Motorola dapat menambah lebih banyak model di berbagai segmen harga agar konsumen memiliki pilihan yang lebih beragam.

Motorola berada pada fase penting dalam upaya membangun kembali posisi mereka di pasar Indonesia. Mereka sudah memiliki modal kuat dari sisi kualitas perangkat dan pendekatan software dibanding beberapa pesaing. Namun, tantangan yang mereka hadapi menunjukkan bahwa kualitas produk saja tidak cukup untuk bersaing di pasar yang dinamis dan penuh strategi marketing agresif seperti sekarang.

Branding yang kuat, dukungan software yang konsisten, dan portofolio produk yang beragam menjadi kunci dalam memenangkan hati konsumen. Konsumen Indonesia sebenarnya cukup terbuka terhadap merek baru maupun merek yang bangkit kembali, asalkan mereka memberikan value dan jaminan purnajual yang jelas. Jika tiga tantangan besar ini dapat diatasi, bukan tidak mungkin Motorola bisa kembali menjadi salah satu pemain utama di pasar smartphone Indonesia seperti masa kejayaan mereka dahulu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team