Pelantang suara in-ear (lebih sering disebut earphones) adalah jenis yang mencocok telinga hingga masuk ke lubangnya. Biasanya, pelantang suara jenis ini sudah dilengkapi dengan ear tips agar suara dapat dialirkan langsung ke saluran telinga.
Dari segi suara, maaf-maaf nih, in-ear memang tergolong yang paling inferior di daftar ini. Kenapa? Kapasitas driver audio yang minim membuat suaranya tergolong cring atau kalengan dan lebih kuat pada bagian midrange.
Contoh headphone in-ear: Sony WF-1000XM3, ATH CLR100, 1More Quad Driver, Skullcandy Ink'd, Mi In-Ear Headphones Pro HD, dan lain sebagainya.
Lalu, apakah semua in-ear seperti itu? Tidak, dong. Beberapa headphones in-ear memiliki karakter suara yang berbeda; bahkan, tidak kalah cemerlang dari over-ear dan on-ear.
Apalagi, in-ear monitor (IEM) yang sering musisi saat manggung. Penggunaannya adalah dengan dilingkarkan di sekitar daun telinga.
Suara yang ditawarkan bukan main, apalagi sekarang IEM bisa di-custom sesuai dengan kemauan penggunanya. Banyak musisi, terutama penyanyi, memilih IEM dibandingkan over-ear karena portabilitasnya.
Namun, harganya pasti di kisaran jutaan, bahkan puluhan juta!
"Kalau buat kenikmatan kuping, jangan setengah-setengah!"
Seperti yang tadi kami katakan, kekuatan in-ear berada pada portabilitasnya. Mudah ditenteng dan dapat menemani keseharianmu adalah tagline yang sudah semestinya disematkan pada in-ear.
Contoh IEM: Sennheiser IE-40 Pro, Shure SE215, KZ ZS6, dll.
Itulah perbedaan antara headphones over-ear, on-ear, dan in-ear. Jangan sampai salah lagi, ya!