Kapasitas baterai kini menjadi salah satu faktor utama dalam keputusan pembelian smartphone. Dalam beberapa tahun terakhir, produsen smartphone asal China semakin aktif mengembangkan baterai silicon carbon dengan kapasitas besar untuk meningkatkan performa dan daya tahan perangkat mereka. Teknologi baterai silicon carbon memungkinkan produsen untuk meningkatkan kapasitas baterai tanpa menambah ketebalan perangkat, yang sering menjadi tantangan bagi smartphone flagship. Dengan kapasitas lebih besar, pengguna dapat menikmati durasi penggunaan yang lebih lama, sebuah daya tarik utama di pasar yang semakin kompetitif.
Menariknya, meskipun Samsung dan Apple dikenal sebagai pemimpin pasar smartphone flagship, kapasitas baterai tertinggi yang mereka tawarkan masih terbatas pada 5.000mAh. Hal ini berbeda dengan pesaing mereka, seperti Xiaomi yang memperkenalkan model Redmi Turbo 4 dengan baterai 6.550mAh, jauh melampaui kapasitas yang dimiliki oleh Samsung dan Apple. Kondisi ini mendorong kedua perusahaan besar tersebut untuk mengevaluasi ulang strategi pengembangan baterai mereka agar tetap relevan dan kompetitif di pasar global.
Dengan kapasitas baterai yang jauh lebih besar, Samsung dan Apple kini terdesak untuk segera mengejar ketertinggalan dan menghadapi tantangan dalam beralih ke teknologi baterai silicon carbon guna memenuhi harapan konsumen yang menginginkan daya tahan baterai lebih lama tanpa mengorbankan desain ramping dan fitur canggih. Apakah benar Samsung dan Apple dikabarkan beralih ke baterai silicon carbon? Temukan jawaban dari rumor tersebut dalam artikel ini!