Dari segi daya tahan, Xiaomi Pad Mini tampil unggul dengan baterai 7.500 mAh yang sudah mendukung 67W HyperCharge. Xiaomi mengklaim bahwa dalam waktu sekitar 30 menit, daya bisa terisi hingga 58 persen. Tak hanya itu, fitur reverse charging 18W juga memungkinkan perangkat ini berfungsi sebagai powerbank darurat untuk gadget lain, sebuah nilai tambah yang jarang dimiliki tablet sekelasnya.
Sementara itu, iPad Mini Gen 7 mengandalkan baterai 5.078 mAh yang diklaim Apple mampu bertahan hingga 10 jam untuk aktivitas browsing atau menonton video. Meski kapasitasnya lebih kecil, efisiensi daya dari chip A17 Pro membuat konsumsi energinya tetap irit. Namun, untuk pengguna dengan mobilitas tinggi, Xiaomi jelas lebih praktis berkat baterai besar dan pengisian super cepatnya.
Meski kalah di sisi baterai, iPad Mini memiliki keunggulan mutlak dalam ekosistem. Integrasi iCloud, sinkronisasi lancar dengan Mac atau iPhone, serta akses ke aplikasi eksklusif, seperti Procreate dan Final Cut Pro, menjadikannya perangkat ideal bagi kreator digital. Jika kamu sudah berada di ekosistem Apple, iPad Mini tetap menjadi pilihan yang sulit tergantikan.
Di sisi lain, Xiaomi Pad Mini memang belum mengumumkan dukungan update software jangka panjang secara resmi. Namun, ekosistem HyperOS dan HyperAI yang mulai matang memberikan pengalaman serupa dengan integrasi lintas perangkat , mulai dari smartphone, wearable, hingga perangkat smart home milik Xiaomi. Soal harga, perbedaan cukup terasa. Xiaomi Pad Mini dibanderol sekitar Rp7,2 jutaan (8GB/256GB) dan Rp8,5 jutaan (12GB/512GB). Sedangkan iPad Mini Gen 7 hadir lebih premium di kisaran Rp9,5 jutaan (128GB), Rp11 jutaan (256GB), hingga Rp13 jutaan (512GB).
Kesimpulannya, jika kamu seorang kreator atau pengguna setia Apple, iPad Mini tetap menawarkan pengalaman terbaik lewat performa stabil dan ekosistem eksklusifnya. Namun, kalau kamu mencari tablet compact berperforma tinggi dengan harga lebih bersahabat, Xiaomi Pad Mini adalah alternatif yang sangat menggoda. Jadi, pilihan akhirnya tinggal kamu tentukan, butuh dukungan ekosistem atau efisiensi performa?